Entri Populer

Rabu, 06 Oktober 2010

Manusia & Global Warming

I.  PENDAHULUAN

Isu mengenai “pemanasan global” (global warming) sedang menjadi perbincangan hangat dimasa-masa sekarang ini. Memang sudah sejak lama peringatan mengenai isu ini dibicarakan, tetapi tidak ada respon yang positif dari dunia. Karena begitu pentingnya isu mengenai pemanasan global ini, seluruh negara-negara di dunia berkumpul di Nusa Dua, Bali untuk membicarakan mengenai masalah pemanasan global ini. Pembicaraan mengenai pemanasan global ini bukanlah hal baru, tetapi karena akhir-akhir ini dampak dari pemanasan global ini semakin dirasakan, maka perlulah untuk dibicarakan dan diambil langkah untuk mengatasi masalah ini.
Apa yang Alkitab katakan mengenai alam ini kepada manusia, apakah karena Tuhan memerintahkan manusia untuk menguasai bumi, jadi manusia bertindak seenaknya. Berikut pembahasan mengenai global warming yang jauh dari pada sempurna ini.

II.  LANDASAN TEORI

A.   Pengertian

“Global warming” atau yang dikenal dengan “pemanasan global” adalah “kejadian meningkatnya temperature rata-rata atmosfer, laut dan bumi.”[1] Sebuah artikel yang ditulis di internet mengatakan bahwa “Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.”[2]  Temperatur rata-rata global bumi meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
  
B.   Penyebab Pemanasan Global

Memang penyebab yang paling besar terjadinya pemanasan global adalah efek rumah kaca. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.[3] Hal ini disebabkan oleh emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O), CFC, hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6), sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfir bumi.[4] Diibaratkan selimut, gas-gas tersebut akan menghalangi energi panas yang dipantulkan kembali oleh bumi ke ruang angkasa.
Untuk membayangkan efek rumah kaca ini sangatlah mudah. Seperti halnya mobil yang diparkir di halaman terbuka dimana dalam keadaan panas. Temperature di dalam mobil akan lebih panas dibandingkan dengan temperature di luar mobil. Hal ini disebabkan karena energy panas yang masuk ke dalam mobil terperangkap di dalam dan tidak bisa keluar, yang mengakibatkan temperatur tersebuat meningkat berapa kali lipat dibandingkan temperature di luarnya.

Pada kondisi yang normal, efek rumah kaca adalah “baik” karena dengan demikian Bumi akan menjadi hangat dan dapat menjadi tempat hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanpa efek rumah kaca, bagian Bumi yang tidak terkena sinar matahari akan menjadi sangat dingin seperti di dalam freezer lemari es (-18C). Sejarah terbentuknya Bumi hingga bisa ditempati oleh manusia seperti saat ini sebenarnya tak lepas dari ‘jasa’ efek rumah kaca. Jadi sebenarnya yang namanya efek rumah kaca itu sudah ada sejak jaman dahulu kala seiring dengan proses terbentuknya Bumi.
Kondisi akan menjadi tidak baik jika kandungan gas-gas rumah kaca di atmosfer Bumi semakin hari semakin meningkat. Kenapa demikian? karena dengan semakin meningkatnya gas-gas rumah kaca, semakin memanas pula Bumi, akibatnya akan terjadi pencairan es di daerah kutub yang dapat menenggelamkan sebagian daratan tempat manusia dan makhluk-makhluk hidup darat lainnya tinggal.
Gas rumah kaca yang saat ini banyak disalahkan oleh sebagian ahli pengusung isu pemanasan global adalah gas CO2 di atmosfer. Sementara sebagian ahli lain berpendapat bahwa sebenarnya jumlah CO2 di atmosfer tidak cukup signifikan untuk dijadikan “kambing hitam” pemanasan global karena jumlahnya yang hanya 0.04%. Selain itu, para ahli ini juga menyatakan bahwa seluruh gas yang ada di atmosfer adalah gas rumah kaca, tanpa terkecuali dimana komposisi terbesar adalah nitrogen (78%), oksigen (21%) dan uap air (hingga 3%).[5]

Penyebab meningkatnya karbon dioksida dan partikel polutan di adalah akibat pemakaian fosil seperti batubara, gas dan minyak Bumi. Ketiga jenis bahan bakar tersebut adalah yang paling murah saat ini jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Pemakaiannya pun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat berarti setelah tercetusnya revolusi industri. Apalagi kalau sekarang kita sering merasakan kemacetan di mana-mana akibat jumlah kendaraan bermotor dan “bermobil” yang meningkat. Pabrik atau industri yang tumbuh di mana-mana untuk memenuhi pola konsumsi masyarakat modern yang semakin hari semakin meningkat. Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara):
- 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)
- 27% dari sektor transportasi
- 21% dari sektor industri
- 15% dari sektor rumah tangga & jasa
- 1% dari sektor lain -lain.

Namun hal ini juga disangkal oleh sebagian ahli. Menurut mereka, kontribusi dari penggunaan bahan bakar fosil di seluruh dunia dalam menambah jumlah CO2 hanyalah 0,013%.[6]
Pro dan kontra mengenai pemanasan global terus terjadi, namun demikian seiring dengan adanya Protokol Kyoto (1997)[7], Beberapa negara maju sepakat untuk mengurangi jumlah emisi gas CO2 dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil sebanyak 30% dalam 10 tahun ke depan. Untuk itu saat ini beberapa negara maju atau industri telah mencoba mengembangkan metode dan teknologi dalam rangka memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif yang (lebih) ramah lingkungan.

C.   Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global yang mulai terjadi dan terus terjadi sekarang ini mempunyai dampak yang luar biasa bagi lingkungan bio-geofisik:
  • pelelehan es di kutub, 
  • kenaikan muka air laut, 
  • perluasan gurun pasir, 
  • peningkatan hujan dan banjir, 
  • perubahan iklim,
  • punahnya flora dan fauna tertentu,
  •  migrasi fauna dan hama penyakit
Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi :
  • gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,  
  • gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara  
  • gangguan terhadap permukiman penduduk, 
  • pengurangan produktivitas lahan pertanian,
  • peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit
Laporan dari Buenos Aires mengatakan bahwa hasil penelitian Global Coral Reef Monitoring Network menunjukkan, lebih dari dua pertiga terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah. Ancaman ini tak lain karena adanya pemanasan global yang tengah terjadi.
Laporan yang dipublikasikan awal minggu ini menyebutkan, berbagai ancaman dapat berisiko bagi kelangsungan terumbu karang, semisal polusi, pencemaran, penangkapan ikan berlebihan, kenaikan temperatur, dan penggunaan sianida dan bom untuk menangkap ikan.
Penelitian Global Coral Reef Monitoring Network ini melibatkan 240 peneliti dari 98 negara, dan menerima dana serta dukungan dari PBB. Hasil penelitian ini telah menjadi pembicaraan di hari pertama Konvensi Perubahan Iklim di Buenos Aires, Argentina. Rencananya, konvensi yang disponsori PBB, dan dibuka sejak Senin (6/12) kemarin akan berlangsung selama 12 hari.
Laporan Global Coral Reef Monitoring Network juga menyebutkan, kepunahan terumbu karang akan merugikan ekonomi sebuah negara, seperti di Filipina dan Maldive. Sebab, kedua negara itu menjadikan terumbu karang sebagai makanan dan sumber penghasilan sektor pariwisata. Selain itu, kepunahan terumbu karang menyebabkan hilangnya daerah pesisir, dan membuka peluang terjadinya pengikisan yang disebabkan gelombang laut.[8]

III.  PEMBAHASAN TEOLOGIS

Setelah kita mengetahui arti dari pemanasan global, akibat dan dampaknya, sekarang kita akan melihat hal tersebut dari sudut pandang Alkitab. Memang tidak secara jelas Alkitab menuliskan menganai pemanasan global. Tetapi kita akan melihatnya dari mandat yang Tuhan berikan kepada manusia.
Dalam Kej.1:26, 28 dituliskan:
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa . . . atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi’”  

Allah menjadikan manusia menurut gambar dan rupaNya sendiri, dan memberikan kekuasaan kepada manusia untuk berkuasa atas seisi bumi. Kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan dampak langsung dari citra Allah yang ada di dalam diriNya. Karena manusia telah dianugrahi banyak sekali kemampuan, intelektual, maka ia diperintahkan untuk “mengusahakan” dan “memelihara” taman itu (Kej. 2:15). Manusia tidak hanya diberi kuasa atas segala yang ada di bumi, tetapi juga diperintahkan untuk “menaklukkan” bumi (Kej. 1:28).

Erich Sauer, seperti dikutip John J. Davis mengatakan, “Istilah menaklukkan secara tidak langsung mengandung arti setingkat kedaulatan, pengawasan, dan pimpinan atas alam. Panggilan untuk memerintah ini adalah suatu panggilan untuk memajukan peradaban dan mengatur kekuatan-kekuatan alam.”[9] Tuhan memberikan anugrah itu untuk manusia menata bumi ini. Seperti halnya seorang pimpinan mendelegasikan tugas kepada wakilnya ataupun orang yang dipercayakan. Orang tersebut harus melakukan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pimpinan tersebut.

Memang perlu diakui, akibat daripada kejatuhan manusia ke dalam dosa, membuat suatu perubahan yang sungguh nyata bagi kehidupan manusia, manusia harus mengusahakan tanah dengan bekerja keras, yang pada mulanya Tuhan memberikannya bagi manusia sehingga dapat berkuasa atasnya, yang berarti apa yang diperintahkan oleh manusia kepada seluruh isi bumi ini, harus terlaksana sesuai dengan apa yang diinginkan manusia tersebut.

Akan tetapi perlu diingat bahwa karunia menguasai alam tidak dimaksudkan sebagai izin untuk menggunakan atau merusak tatanan ciptaan dengan egois menurut apa yang dipandang cocok oleh manusia. Manusia harus memperhitungkan semua cara yang dipakai untuk mengusahakan alam lingkungan sekeliling mereka.  Terkadang dari istilah “menaklukkan” menyiratkan bahwa manusia harus dengan susah payah untuk berkuasa atas bumi dan alam, tetapi manusia tidak bisa semena-mena terhadap bumi dan alam.[10] Manusia harus menyadari siapa yang menjadi penguasa tertinggi dari alam ini, dan apa mandat yang diberikan Tuhan kepada manusia, yaitu untuk menguasai dalam arti menata bumi ini.

IV.  PENUTUP

Memang pemanasan global dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berbagai upaya untuk menanggulangi pemanasan global terus dikaji. Berbagai usaha terus dilakukan, supaya kelangsungan mahluk hidup di bumi ini terus terjaga. Segala sistim dibangun supaya dampak dari pemanasan global dapat diminalisir.
Pada akhirnya semua terpulang kepada manusianya. Manusia sudah diberikan mandate dari Tuhan untuk menguasai dan menaklukkan bumi. Mandat itu diberikan Tuhan bukan untuk manusia memperlakukan bumi dengan semena-mena. Tuhan memberikan suatu ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi manusia, yaitu hukum alam. Jika itu dilanggar. Maka akan terjadi kekacauan, bahkan akan menyerang balik manusia itu sendiri.
Sehebat apapun manusia menciptakan teknologi yang super canggih, tetap tidak bisa “mengalahkan” atau “melawan” ketetapan yang sudah Tuhan buat. Tuhan telah menetapkan ketetapannya di alam ini, dan manusia harus mengikutinya. Dibutuhkan kesadaran yang penuh dari manusia dan penghormatan yang sungguh kepada Dia yang telah menjadikan segalanya, agar bumi ini dapat terpelihara dengan baik. Sebab Tuhan telah menyatakan bahwa “semua yang diciptakannya adalah baik adanya”, dan manusia yang membuat yang baik itu menjadi tidak baik. Tuhan memberikati!




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
[2] http://geo.ugm.ac.id/archives/28
[3]http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
[4] http://geo.ugm.ac.id/archives/28
[5] http://agusset.wordpress.com/2006/01/31/pemanasan-global-pro-dan-kontra/
[6] Ibid.
[7] Di Stockholm pada Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (Human Environmental) tahun 1972, masyarakat internasional bertemu pertama kalinya untuk membahas situasi lingkungan hidup secara global. Pada peringatan kedua puluh tahun pertemuan Stockholm tersebut, digelarlah konferensi bumi di Rio de Jainero tahun 1992. Di konferensi ini ditandatanganilah Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC). UNFCC memiliki tujuan utama berupa menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer hingga berada di tingkat aman.
UNFCCC mengatur lebih lanjut ketentuan yang mengikat mengenai perubahan iklim ini. Desember 1997 di Kyoto, Protokol Kyoto ditandatangani oleh 84 negara dan tetap terbuka untuk ditandatangani/diaksesi sampai Maret 1999 oleh negara-negara lain di Markas Besar PBB, New York. Protokol ini berkomitmen bagi 38 negara industri untuk memotong emisi GRK mereka antara tahun 2008 sampai 2012 menjadi 5,2% di bawah tingkat GRK mereka di tahun 1990.
Ada tiga mekanisme yang diatur di Protokol Kyoto ini yaitu berupa joint implementation; Clean Development Mechanism; dan Emission Trading. Joint Implementation (implementasi bersama) adalah kerja sama antar negara maju untuk mengurangi emisi GRK mereka. Clean Development Mechanisme (Mekanisme Penmbangunan Bersih) adalah win-win solution antara negara maju dan negara berkembang, di mana negara maju berinvestasi di negara berkembang dalam proyek yang dapat megurangi emisi GRK dengan imbalan sertifikat pengurangan emisi (CER) bagi negara maju tersebut. Emission Trading (Perdagangan emisi) adalah perdangan emisi antar negara maju. (
http://www.chem-is-try.org/?sect=fokus&ext=16
[8] Yandhrie Alvian http://cdc.eng.ui.ac.id/article/articleview/2786/1/25/
[9] Erich Sauer, King of the Earth: The Nobility of Man According to the Bible and Science, hlm. 83, dikutip John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, Malang: Gandum Mas, hl. 85.
[10] Walter C. Kaiser Jr. Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Lama, Malang: Departemen Literatur SAAT, hl. 16-17.