Entri Populer

Senin, 03 Juni 2013

Tanggapan Petisi Kepada Pdt DR Yesaya Pariadji

Shalom,

Akhir2 ini ramai dibicarakan di dunia maya tentang Petisi yang ditujukan kepada Pdt DR Yesaya Pariadji yang dimuat di situs Kompasiana.com. Banyak pertanyaan yang masuk kepada saya secara khusus tentang kebenaran hal tersebut. Karena itu saya membuat tulisan atas setiap pertanyaan yang ditujukan kepada saya. Berikut saya copy paste isi dari petisi tersebut dalam alamat situs http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/29/petisi-kepada-pdt-yesaya-pariadji-gembala-sidang-gereja-tiberias-indonesia-564007.html.
PETISI KEPADA PDT YESAYA PARIADJI GEMBALA SIDANG GEREJA TIBERIAS INDONESIA
Dengan ini kami, Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan, menyatakan bahwa setelah mengamati dinamika dan sepak-terjang Pdt Yesaya Pariadji selaku Gembala Sidang Gereja Tiberias Indonesia (GTI), serta merenungkan ajaran-ajarannya yang tertulis pada Buletin GTI, menyatakan sebagai berikut: 
1. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan sejati karena sangat suka mengutuk orang-orang lain di mimbar GTI. Kutuknya juga sangat keji, seperti “lumpuh”, “ditabrak kereta”, “perutnya disobek-sobek pisau bedah”, dan lainnya. Padahal, Tuhan dalam ajaran-ajaran-Nya yang tertulis di Alkitab justru mengajar kita untuk mengasihi sesama manusia, termasuk musuh atau lawan kita.
2. GTI bukanlah gereja yang benar, karena orang-orang yang bersaksi mengalami mukjizat Tuhan harus selalu menyebut nama Pdt Yesaya Pariadji, meskipun orang itu sendiri tidak didoakan oleh Pdt Yesaya Pariadji. Dengan demikian nampak bahwa GTI sangat mengultuskan Pdt Yesaya Pariadji. Padahal, tidak ada satu pun yang boleh ditinggikan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri.
3. Pdt Yesaya Pariadji dan GTI telah menerbarkan fitnah keji selama lebih dari setahun belakangan, khususnya terhadap Pdt Josua Tumakaka (mantan pendeta GTI, yang kemudian mengundurkan dari GTI) yang dituduh menjalin hubungan perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul. Didasarkan hal itu pula GTI telah lebih dari setahun menyebut-nyebut ”pendeta setan” di dalam Buletin GTI, yang ditujukan kepada Pdt Josua Tumakaka, meskipun nama Josua Tumakaka sendiri tidak disebut-sebut secara eksplisit.
4. GTI bukanlah gereja yang benar, karena di tengah ibadah Minggu, ada orang-orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi dusta untuk mendiskreditkan Pdt Josua Tumakaka sebagai ”pendeta setan”. Padahal, seharusnya setiap kesaksian bertujuan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan tidak memojokkan pihak-pihak manapun.
5. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan yang benar, karena ajaran-ajarannya di mimbar maupun di Buletin GTI lebih didasarkan pada pengalaman-pengalaman supranatural dan halusinasi-halusinasinya yang sangat subyektif dan sama sekali tidak ada rujukannya dalam Alkitab. Sebagai contoh, Pdt Yesaya Pariadji mengaku-ngaku sebagai Juru Bicara Surga, Gembala Sidang Yerusalem Baru, memiliki Roh Martir, mendapat SK dari Langit, diajar Yesus langsung, mengajar tentang pemulihan kuasa Perjamuan Kudus, mengajar tentang kuasa Minyak Urapan, dan lain sebagainya.
Didasarkan pada hal-hal tersebut (yang sebenarnya masih banyak lagi), maka dengan ini kami secara tegas menyatakan bahwa kami siap dan tidak segan-segan untuk melawan pelbagai bentuk kesesatan yang bersumber dari Pdt Yesaya Pariadji dan GTI. Kami akan menyebarluaskan PETISI ini kepada pihak-pihak yang terkait di seluruh Indonesia, baik secara tercetak maupun elektronik.
Jakarta, 28 Mei 2013
Kami yang membuat PETISI ini:
Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan

Tembusan:
1. Pimpinan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
2. Pimpinan PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia)
3. Pimpinan PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia)
4. Pimpinan Gereja Bala Keselamatan
5. Pimpinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh 

6. Pimpinan Gereja Ortodox Indonesia7. Pimpinan GGBI (Gabungan Gereja Babtis Indonesia)

Jika dicermati dengan seksama pembuat petisi ini bernama Poetry Gusti, seorang aktivis LSM isu-isu perempuan. Dari pembuat petisi ini kurang jelas mencantumkan identitasnya. Dan menjadi pertanyaan juga, apakah hubungan aktivis LSM mengenai isu-isu perempuan membuat petisi tentang gereja? Lalu juga forum Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan apakah memang benar2 ada, atau hanya nama yang dibuat? Jadi sumbernya kurang lengkap dan jelas.

Saya mencoba membahas satu-persatu tulisan dari petisi di atas.
1. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan sejati karena sangat suka mengutuk orang-orang lain di mimbar GTI. Kutuknya juga sangat keji, seperti “lumpuh”, “ditabrak kereta”, “perutnya disobek-sobek pisau bedah”, dan lainnya. Padahal, Tuhan dalam ajaran-ajaran-Nya yang tertulis di Alkitab justru mengajar kita untuk mengasihi sesama manusia, termasuk musuh atau lawan kita. 
Tanggapan saya
Pdt Pariadji tidak pernah memakai kata "saya mengutuk", tetapi lebih kepada apa yang pernah beliau alami di saat belum bertobat harus mengalami tegoran Tuhan yang keras sehingga bertobat. Hal ini bukan berarti kutuk. Tetapi seperti yang Yesus lakukan terhadap orang yang Dia kasihi harus melewati teguran dan hajaran agar bertobat. Mengingat sifat manusia akibat dosa, suka mengalami pemberontakan, maka Allah harus memakai cara menegur bahkan menghajar untuk membuat orang kembali kepada jalanNya. Apa yang Alkitab perlihatkan kepada kita, sekalipun Yesus lembut dan mengajarkan kepada kita untuk mengasihi musuh-musuh, tetapi ada saat dimana Yesus keras terhadap orang2 yang menyesatkan anak2 (Mat. 18:6,7 - celakalah penyesat), terhadap ahli Taurat. Artinya mereka2 yg sudah tahu firman, tapi tidak menjadi pelaku firman, malah melakukan penyesatan kepada orang yang lemah. Kerinduan beliau agar semua orang diselamatkan, sama dengan kerinduan Yesus. Oleh sebab itu terkadang hajaran dapat menjadi cara ampuh untuk mengingatkan manusia untuk kembali kepada jalanNya

2. GTI bukanlah gereja yang benar, karena orang-orang yang bersaksi mengalami mukjizat Tuhan harus selalu menyebut nama Pdt Yesaya Pariadji, meskipun orang itu sendiri tidak didoakan oleh Pdt Yesaya Pariadji. Dengan demikian nampak bahwa GTI sangat mengultuskan Pdt Yesaya Pariadji. Padahal, tidak ada satu pun yang boleh ditinggikan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Tanggapan saya:
Sebagai salah satu pendeta di Tiberias harus diakui bahwa saya bisa mengerti ajaran yang ada di gereja ini karena saya menerima dari Pdt Pariadji. Mengembalikan kuasa minyak dan anggur belum pernah saya temui di gereja manapun dan dalam sejarah gereja sekalipun. Sehingga dalam pelayanan minyak anggur yang diterapkan memang harus diakui karena sosok Pak Pariadjilah, saya bisa meneruskannya kepada jemaat yang lain. Beliau sendiri selalu berkata saya diajar langsung Tuhan, bukan saya. Sehingga memang karena adanya transfer roh (kuasa) yang diberikan Tuhan Yesus kepada beliau bisa saya terima.
Di Tiberias hanya 1 nama yang ditinggikan yaitu Yesus. Lagipula jika saudara datang ke setiap acara Tiberias, semua sakramen yang dilakukan, baik Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan serta Baptisan, dilakukan di dalam nama Yesus, bukan nama pak Pariadji. Sehingga tuduhan meninggikan nama Pak Pariadji hanya tafsiran dan pandangan subjektif yang kurang tepat.

3. Pdt Yesaya Pariadji dan GTI telah menerbarkan fitnah keji selama lebih dari setahun belakangan, khususnya terhadap Pdt Josua Tumakaka (mantan pendeta GTI, yang kemudian mengundurkan dari GTI) yang dituduh menjalin hubungan perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul. Didasarkan hal itu pula GTI telah lebih dari setahun menyebut-nyebut ”pendeta setan” di dalam Buletin GTI, yang ditujukan kepada Pdt Josua Tumakaka, meskipun nama Josua Tumakaka sendiri tidak disebut-sebut secara eksplisit.
Tanggapan saya:
Pak Pariadji tidak pernah memfitnah, tetapi apa yang dilakukannya berdasarkan bukti dan fakta lapangan. Kalau dalam petisi ini menyebutkan nama seorang pdt, pak Pariadji tidak pernah menyebutkan nama orang tersebut. Lagipula keluarnya pdt tersebut dari Tiberias atas sebuah keputusan pribadi yang diambil olehnya yang sudah tidak sejalan dengan Tiberias, sehingga itu adalah sesuatu yang fair saat tidak sejalan dengan wadah yang menaunginya, yang berujung pada pengunduran diri. Apa yang disaksikan di Tiberias mengenai salah satu mantan pendeta di Tiberias bukan tanpa alasan, tetapi dengan banyaknya kesaksian orang-orang yang pernah berhubungan dengan pendeta tersebut yang akhirnya bersaksi tentang apa yang mereka alami selama ini, oleh sebab itu mereka bersaksi untuk mengingatkan dan memberitahu jemaat yang lain akan resiko yang akan terjadi. Jadi bukan suatu bentuk perekayasaan suatu kasus.

4. GTI bukanlah gereja yang benar, karena di tengah ibadah Minggu, ada orang-orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi dusta untuk mendiskreditkan Pdt Josua Tumakaka sebagai ”pendeta setan”. Padahal, seharusnya setiap kesaksian bertujuan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan tidak memojokkan pihak-pihak manapun.
Tanggapan saya:
Mereka yang bersaksi adalah orang-orang yang punya pengalaman pribadi dengan sosok pendeta yang dimaksud. Kesimpulan dari setiap kesaksian tersebut dimana banyak orang bersukacita, meninggikan nama Yesus karena melalui penyingkapan rahasia dalam pelayanan Gereja Tiberias, mata rohani mereka dibukakan dan kehidupan mereka dipulihkan.

5. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan yang benar, karena ajaran-ajarannya di mimbar maupun di Buletin GTI lebih didasarkan pada pengalaman-pengalaman supranatural dan halusinasi-halusinasinya yang sangat subyektif dan sama sekali tidak ada rujukannya dalam Alkitab. Sebagai contoh, Pdt Yesaya Pariadji mengaku-ngaku sebagai Juru Bicara Surga, Gembala Sidang Yerusalem Baru, memiliki Roh Martir, mendapat SK dari Langit, diajar Yesus langsung, mengajar tentang pemulihan kuasa Perjamuan Kudus, mengajar tentang kuasa Minyak Urapan, dan lain sebagainya.
Tanggapan saya:
Pengalaman supranatural tidak bisa lepas dari keKristenan karena kita meyakini bahwa Tuhan kita berkuasa atas alam roh dan alam nyata. Pengalaman supranatural ditampilkan secara jelas di dalam Alkitab, sehingga bagi saya jika orang percaya meragukan pengalaman supranatural, berarti ada suatu keanehan di dalam dirinya. Saat segala suatu pengalaman supranatural disatukan dengan logika berfikir manusia, itu hal yang tidak bisa sejalan. Contohnya, bagaimana mungkin seorang perawan mengandung dari Roh Kudus? Bagaimana 5 roti dan 2 ikan memberi makan 5000 orang? Semua itu terjadi karena hal supranatural. Secara logika tidak masuk di akal. Tetapi kita bisa temukan jawabannya secara logika, karena kita percaya Allah sanggup melakukannya. Sama halnya bahwa Allah sanggup memberikan kepada kita pengalaman supranatural untuk menunjukkan kemahakuasaanNya.
Apa yang diajarkan pak Pariadji semua terambil dari Alkitab, artinya tidak bertentangan dengan Alkitab. Kenapa bisa berbeda dengan yang lain. Mungkin jawabannya adalah, penafsiran terhadap ayat Alkitab memang membuat banyak perbedaan di dalam ajaran Kristen, karena memakai metode yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak heran tokoh reformasi gereja Marthin Luther dan Zwingli berdebat tanpa ada titik temunya karena masalah penafsiran tentang Perjamuan Kudus. Oleh sebab itu penafsiran bisa berbeda, bisa kurang tepat, bisa salah; tetapi yang dialami pak Pariadji, beliau mendengar sendiri suara Tuhan, dan berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus dalam pengalaman supranaturalnya. Oleh sebab itu apa yang beliau perkatakan dibuktikan dengan banyaknya mujizat yang terjadi dalam pelayanan Tiberias dan perkataannya yang selalu didengungkan kepada jemaat, "jika saya berdusta, jika saya belum berjumpa Tuhan, jika saya belum mendengar suara Tuhan, jika saya belum pernah melihat neraka dan surga, dsb.; saya siap dilempar ke neraka". Perkataan ini sangat jarang dilakukan oleh seorang pendeta karena mengandung resiko yang besar. Jadi pelayanan beliau bukan tanpa dasar firman, tapi mungkin sudut pandang yang digunakan berbeda. Sama seperti halnya saat Yesus diutus ke dunia, bagaimana orang mempercayai Dia datang dari surga?? Semuanya diteguhkan dengan tanda-tanda mujizat yang dibuat oleh Yesus sendiri. Jadi pelayanan dan panggilan pak Pariadji, diteguhkan dengan banyaknya mujizat yang terjadi di Tiberias.

Sebagai penutup saya katakan bahwa petisi di atas dibuat oleh pihak yang "membenci" Tiberias. Secara tata ibadah, secara keimanan, secara status gereja; semua tidak ada yang menyimpang. Berbicara doktrin, doktrin bisa berbeda satu dengan yang lainnya karena perbedaan sudut pandang. Mungkin kata-kata Martin Luther bisa saya kutip, "buktikanlah salah menggunakan Alkitab". Entah karena Tiberias semakin berkembang, besar, dsb. Semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang meniupnya. Tetapi dasar yang kuat tidak akan pernah membuat pohon tersebut tumbang. Pak Pariadji dan Tiberias hanya melakukan perintah yang Tuhan berikan untuk dilakukan, "mempersiapkan jemaat yang kudus, misionaris dan siap ke surga", membawa jemaat kepada target akhir kita, yaitu surga. Jadi mari sama-sama persiapkan diri kita menghadap Dia di dalam kekudusan. 
Tuhan memberkati








Selasa, 28 Mei 2013

Anugrah dan Kebenaran (Grace and Truth)

Keselamatan merupakan ajaran terpenting di dalam kekristenan. Apalagi jika kita melihat sepanjang sejarah gereja, banyak terjadi perdebatan, doktrin-doktrin menyangkut hal keselamatan. Tidak bisa lepas juga banyaknya ajaran-ajaran tentang keselamatan yang menyimpang dari beberapa kelompok aliran kristen.

Kristen memang unik, karena keselamatan yang ada dalam Kristen berdasarkan anugrah Allah di dalam AnakNya Yesus yang mau datang ke dalam dunia dan mati bagi dosa manusia. Berbeda dengan beberapa kepercayaan yang menampilkan perbuatan baik sebagai dasar untuk memperoleh keselamatan. Tetapi apakah pada akhirnya perbuatan diabaikan karena sudah menerima anugrah dari Allah. Ini yang membuat sedikit rancu di dalam kekristenan. Apakah kekudusan tidak menjadi hal yang penting dalam menerima keselamatanan karena adanya anugrah. Bahkan banyak orang membandingkan bahwa hidup jaman Perjanjian Baru (anugrah) lebih enak dan mudah, karena saat kita berdosa atau jatuh dalam dosa, tidak penghukuman. Berbeda dengan jaman Perjanjian Lama yang kita lihat di Alkitab saat ada orang berdosa, dampak yang ditimbulkan sangatlah berat bahkan bisa sampai kepada kematian.

Apakah pada akhirnya Anugrah dan Kebenaran adalah suatu hal yang terpisah dan berdiri sendiri, ataukah menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Yoh 1:14-17 menyebutkan bahwa anugrah dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Hal ini memberikan kepada kita suatu pemahaman bahwa ternyata Yesus merupakan sumber anugrah dan kebenaran. Oleh sebab itu, kedua hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dipisahkan sama sekali.

Anugrah berbicara bagaimana Allah berperan memberikan kepada manusia keselamatan melalui Yesus, dan kebenaran berbicara bagaimana langkah manusia merespon anugrah Allah dengan melakukan kebenaran, yaitu dengan hidup di dalam kekudusan.

Mari renungkan Mat. 5:48: “Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu di surga adalah sempurna”. Kalau kita perhatikan baik ayat tersebut, kita mendapati bahwa ayat tersebut mengandung unsur perintah karena memakai kata “harus”. Artinya ada suatu perintah Yesus bagi kita untuk menjadi sempurna. Tetapi yang menjadi pertanyaan, bisakah manusia sempurna? Saya hanya mencoba memahami bahwa bukanlah tanpa maksud Yesus mengatakan hal ini. Karena kalau kita memperhatikan beberapa ayat sebelumnya, Yesus selalu membandingkan suatu “hukum yang baru”, yang Ia tetapkan, lebih mulia dibandingkan hukum Taurat Perjanjian Lama. Sebagai contoh Mat. 5:21, “kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum”. Disini Yesus menunjukkan bagaimana bunyi dari hukum Perjanjian Lama tentang jangan membunuh karena akan dihukum. Membunuh yang dimaksud PL menunjuk kepada tindakan pembunuhan yang menyebabkan orang mati. Tetapi coba kita lihat ayat 22 dari Mat. 5 yang mengatakan, “tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum . . .” Bayangkan apa yang Yesus katakan mengenai “hukum yang baru” akan ada hukuman jika kita marah. Dalam PL, kita bunuh sampai mati akan dihukum. Tetapi dalam hukum Yesus, belum sampai ada pembunuhan, hanya baru sekedar marah sudah ada hukuman. Begitupun dengan Mat. 5:27, 28, “kamu telah mendengar firman: jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”. Dalam hukum Taurat, sudah ada tindakan perzinahan dianggap berzinah, tetapi dalam PB, belum ada tindakan, tetapi baru hanya sekedar memikirkan, sudah dianggap berzinah. Begitupun dengan ayat-ayat selanjutnya. Ini yang saya coba mau katakan, bahwa apa yang Yesus perintahkan kepada kita dalam jaman anugrah, PB, bukan menjadikan tuntutan hukum menjadi berkurang, tetapi justru ada bobot yang lebih tinggi. Sehingga dari akhir Matius 5, Yesus mengatakan supaya kita harus sempurna. Sebab itu pandangan yang mengatakan bahwa PL lebih sulit dibanding PB, justru yang saya temukan, hidup dalam jaman PB lebih sulit dibandingkan jaman PL. Anugrah yang kita terima di jaman PB bukan menjadikan kualitas hidup manusia semakin menurun dan tambah bobrok, tetapi sebaliknya Yesus mengingkan suatu kualitas yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang hidup di jaman PL. Oleh sebab itu anugrah harus direspon manusia untuk hidup di dalam kebenaran dengan cara melakukan perintah Yesus, hidup dalam kekudusan. Karena tanpa kekudusan Alkitab berkata tidak ada seorangpun yang akan melihat Allah, artinya tidak bisa memandang Allah di surga.

Untuk kita dapat memahami apa yang saya maksudkan, mari kita lihat bersama Yoh. 8:2-11.
2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." 

Apa yang terjadi dalam kisah ini, yaitu ada seorang perempuan yang dibawa kepada Yesus untuk diadili karena tertangkap basah berbuat zinah (zinah pada itu adalah suatu perbuatan seks di luar hubungan suami istri). Sesuai hukum Taurat orang yang berzinah harus dihukum mati. Tetapi kejanggalan muncul, karena hukum Taurat menetapkan hukuman perzinahan diberikan kepada laki-laki dan perempuan yang berzinah, bukan kepada 1 pihak saja (Ul. 22:22). Artinya, kemana si laki-lakinya, atau siapakah si laki-laki? Karena kalau tertangkap basah seharunya tidak akan bisa mengelak lagi. Tetapi memang ini sudah diskenariokan oleh ahli Taurat dan orang Farisi untuk mencoba Yesus. Karena kalau Yesus mengatakan tidak boleh dihukum, jelas Yesus bertentangan dengan hukum Taurat, dan bisa dapatkan hukuman serta tidak dipercaya sebagai Mesias (Mesias tidak bertentangan dengan Taurat, tetapi menggenapinya). Sehingga Yesus setuju perempuan tersebut dihukum dengan syarat “orang yang tidak berdosa yang pertama kali ambil batu dan lempar perempuan tersebut”. Dari antara semua yang hadir disitu, hanya Yesus yang tidak berdosa, yang punya hak pertama ambil batu lalu lempar kepada perempuan tersebut. Tetapi Yesus tidak melakukannya sekalipun Yesus punyak hak melakukan itu. Seperti yang Yesus katakan dalam ayat 11, “Akupun tidak menghukum engkau”. Inilah yang dinamakan dengan ANUGRAH. Saat kita layak terima hukuman karena kita orang berdosa, Yesus katakan kepada kita, Aku tidak menghukum engkau. Tetapi perkataan Yesus tidak berhenti sampai disitu. Selanjutnya Ia mengatakan, “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi, mulai dari sekarang”. Ini yang dinamakan KEBENARAN. Karena setelah seseorang terima anugrah, tidak berhenti hanya sampai disitu. Ada pesan Tuhan yang menyertai untuk kita tidak berbuat dosa lagi sejak kita meneriman anugrah.

Jadi berbicara anugrah, ia tidak berdiri sendiri tetapi harus berdampingan dengan kebenaran. Kita terima anugrah dari Yesus agar kita semua hidup dalam kebenaran, dalam kekudusan. Memang sangat berbeda apa yang ada di PL dan PB. Seakan-akan PL lebih sulit dibandingkan PB. Tetapi kalau kita mau jujur, justru hidup di dalam jaman PB lebih sulit dibandingkan jaman PL.
Ilustrasi ini membuat kita memahami apa yang saya maksudkan.

Seandainya saya orang yang kaya raya dan memberikan kepada saudara 2 mobil. Satu yang harga 100jutaan, dan yang satu lagi seharga 1 milyar. Bagaimana sikap saudara terhadap 2 mobil tersebut, sama atau berbeda? Perawatan yang harus saudara lakukan terhadap 2 mobil tersebut lebih mahal mana dan lebih sulit mana? Mungkin kita akan katakan, yang 1 milyarlah yang akan kita perlakukan secara khusus, biaya perawatan lebih mahal dan lebih sulit.

Saya mau katakan bahwa anugrah yang kita terima dengan ‘darah Yesus” bukanlah murahan sekalipun kita menerima secara gratis. Hal tersebut sangatlah mahal, bahkan Alkitab gambarkan melebihi emas dan perak. Otomatis saat kita menerima sesuatu yang mahal, perlakuan kita akan berbeda, ada perawatan yang lebih sulit, ada harga yang lebih mahal yang harus kita kerluarkan. Jadi cara hidup kita, akan berbeda sebelum dan sesudah kita menerima yang mahal itu. Seharusnya demikianlah kekristenan. Kekristenan ada karena anugrah Allah yang mahal melalui darah Kristus. Seharusnya kekristenan dapat menampilkan pola hidup, moral yang lebih baik dari agama manapun. Karena orang yang berkata saya Kristen sudah menerima anugrah yang sangat mahal, sehingga cara perlakuan kita akan berbeda sebelum dan sesudah menerima yang mahal itu dengan hidup di dalam kebenaran, yaitu kekudusan.

Bersyukurlah atas anugrah besar dari Allah dengan jalan hidup kudus sesuai perintahNya: "kuduslah kamu sebab Aku kudus!
Tuhan memberkati