Entri Populer

Kamis, 05 Juni 2014

GTI - MINYAK URAPAN

Sejak berdirinya pelayanan Tiberias tanggal 22 Mei 1988 dan menjadi sebuah gereja secara organisasi pada tanggal 17 Agustus 1990 sampai dengan hari ini, selalu saja tidak lepas dari sorotan banyak orang, terutama mengenai ajaran minyak urapan. Memang jika kita perhatikan bahwa dalam setiap ibadah, bahkan dalam semua pelaksanaan sakramen gereja Tiberias, minyak urapan selalu ada. Hal ini membuktikan bahwa memang minyak urapan merupakan suatu sarana penting dalam setiap pelaksanaan sakramen di Tiberias, baik itu Perjamuan Kudus, Baptisan Selam, Perkawinan, Penyerahan Anak, maupun Penguburan. Ini membuktikan bahwa minyak urapan mengambil peranan sentral dalam ibadah2 yang dilakukan oleh gereja Tiberias.
Hal inilah yang memunculkan banyak pertanyaan, apakah penggunaan sarana minyak urapan dalam setiap ibadah gereja Tiberias sesuai dengan Alkitab? Apakah minyak urapan yang digunakan oleh Gereja Tiberias di masa sekarang sama dengan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa dalam kitab Keluaran? Apakah penggunaan minyak urapan, bisa dijadikan sarana dalam pelayanan kuasa seperti halnya yang dilakukan oleh Tiberias? Itulah kira2 yang akan saya bahas dalam tulisan saya berikut ini, berkaitan dengan penggunaan minyak urapan di gereja Tiberias yang diajarkan oleh Gembala Sidang, Pdt. DR. Yesaya Pariadji.

I. Pendahuluan
Pdt. DR. Yesaya Pariadji menerima perintah Tuhan untuk menggunakan minyak urapan sebagai sarana pelayanan kuasa, sewaktu beliau diperlihatkan sebuah tulisan di langit, dimana dengan minyak urapan, beliau akan menyatakan kuasa Allah di dalam pelayanannya seperti menyembuhkan penyakit, mengusir setan, dsb. Berbeda dengan perintah untuk membuat visi misi Tiberias, yang beliau terima saat secara roh diangkat ke sorga.
Dalam sebuah tulisan di langit itulah yang menjadikan dasar Pdt. DR. Yesaya Pariadji melakukan pelayanan (kuasa), yang menjadi ciri pelayanan gereja Tiberias. Karena itu dalam setiap pelayanan yang beliau pimpin, penggunaan minyak urapan selalu ada dan dilakukan. Kritikan disana sini muncul dikarenakan, banyak orang yang menganggap bahwa apa yang beliau lakukan tidak sesuai dengan Alkitab. Alkitab tidak menjelaskan secara detail tentang penggunaan minyak urapan untuk hal2 demikian. Memang sulit kita menemukan data2 untuk melihat secara komprehensif penggunaan minyak di urapan di ibadah Tiberias dalam toko2 buku. Oleh sebab itu, saya tuliskan ini. Supaya paling tidak saudara yang tidak berjemaat di gereja Tiberias mempunyai suatu pandangan baru tentang pelayanan yang dilakukan gereja Tiberias, secara khusus dalam penggunaan minyak urapan.

II. Dasar Menurut PL
Dalam Kel. 30:22-31 kita akan menemukan sebuah tulisan tentang minyak urapan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk dilakukan dan dibuat, dengan suatu maksud tertentu. Misalnya, menguduskan kemah suci dan segala perabotannya (Kel. 40:9). Yang menjadi masalah selanjutnya adalah, apakah minyak urapan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk dibuat, sama dengan yang digunakan gereja Tiberias sekarang ini? Sebab dalam Kel. 30:22 menuliskan tentang ketetapan Taurat dalam pembuat minyak urapan. Sehingga seringkali pertanyaan muncul dari berbagai kalangan, dengan mempertanyakan minyak urapan yang digunakan gereja Tiberias. 
Kel 30:22-31, Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin. Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus. . . . Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun.
Saat seseorang membaca ayat ini, akan muncul pertanyaan bahwa bagaimana dengan yang biasa digunakan di Tiberias? Karena Tuhan menetapkan bahwa minyak urapan dibuat dari campuran beberapa bahan yang diolah menjadi satu, termasuk di dalamnya minyak zaitun. Pertanyaannya, bagaimana mungkin minyak urapan yang digunakan di Tiberias adalah minyak urapan, karena Tiberias tidak mencapur bahan-bahan tersebut untuk membuat minyak urapan. Yang dipergunakan oleh hamba Tuhan di Tiberias adalah minyak zaitun, sedangkan dalam Alkitab, minyak zaitun merupakan salah satu campuran untuk membuat minyak urapan.
Inilah yang menjadi titik pertanyaan banyak orang saat mempertanyakan tentang pengertian minyak urapan menurut gereja Tiberias. 

Di dalam kehidupan orang Israel, Taurat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan mereka. Bukan hanya 10 Hukum, tetapi juga Taurat mengatur kehidupan peribadatan orang Israel dan kehidupan sosial mereka. Salah satunya tentang ketetapan minyak urapan. Sebab itu tidak heran orang Israel membuat minyak urapan seperti yang dituliskan dalam Keluaran tersebut, karena mereka memegang teguh hukum dan terikat kepadanya.
Tapi perlu kita pahami, seperti yang tertulis dalam Mat. 5:17, Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Arti kedatangan Yesus ke dalam dunia ini adalah menjadi penggenap dari apa yang dilakukan orang Israel yang berada di bawah hukum Taurat. Tidak heran, tata cara peribadatan orang yang telah menerima Yesus berbeda dengan yang masih dibawah hukum Taurat Perjanjian Lama. Termasuk juga dalam pembuatan dan pemakaian minyak urapan, yang dahulu diatur dalam Taurat, saat ini kita bisa mempergunakan "minyak zaitun" menjadi minyak urapan, karena kita menyerahkan minyak zaitun tersebut di dalam nama Yesus, dimana Yesus sudah menggenapi keseluruhan Taurat.
Sama seperti hal saat Yesus mengadakan Perjamuan Paskah bersama murid2Nya sebelum disalibkan. Sebenarnya perjamuan tersebut merupakan perjamuan biasa yang setiap tahun harus mereka adakan untuk mengingat perbuatan Allah dalam kehidupan orang Israel saat dilepaskan dari tangan Firaun melalui tulah kesepuluh dengan kematian anak sulung. Tetapi Yesus membawa makna baru perjamuan tersebut karena saat perjamuan itu, Yesus mengangkat roti dan menyatakan bahwa, "inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu . . ., dan juga mengangkat cawan dan berkata, cawan inilah adalah perjanjian baru yang diserahkan bagi kamu". Berarti ada suatu makna yang baru yang Yesus berikan kepada murid2Nya, sekalipun itu sesuatu yang biasa mereka lakukan secara turun temurun.
Jadi minyak zaitun yang diserahkan dalam nama Yesus bisa kita pergunakan sebagai minyak urapan, sebab memang nama Yesus mewakili semua "kebijakan hukum Taurat". Tetapi bagi orang yang tidak menerima Yesus, mereka akan tetap melakukan ketentuan seperti kitab Keluaran dalam pembuatan minyak urapan. Inilah yang membedakan kita yang berada di dalam kasih karunia Yesus, dengan yang berada dibawah Taurat. Mereka yang tetap di bahwa hukum Taurat, tetap harus melakukan seperti Kel 30 untuk membuat minyak urapan.

III. Dasar Menurut PB
Jika kita pelajari memang kita tidak akan menemukan perintah langsung Yesus untuk menggunakan minyak saat mendoakan orang sakit. Adapun ayat PB yang bisa kita lihat tentang penggunaan minyak tersebut yaitu dalam Mrk. 6:12-13, Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Serta Yak. 5:14, Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. 
Jika kita menggali lebih jauh, memang tidak akan ditemukan perintah langsungnya, hanya saja kita dapat melihat lebih dalam ayat di atas, dimana murid2 mendoakan orang sakit dengan minyak dan terjadilah kesembuhan disana. Sehingga muncullah pernyataan karena tidak adanya perintah langsung Yesus untuk mendoakan orang sakit dengan minyak, kenapa kita harus mendoakan menggunakan minyak? Dan juga apakah minyak yang dipakai murid2 adalah minyak urapan seperti PL atau minyak lain? 
Saat saya merenungkan kisah ini, sayapun bertanya2. Bagaimana mungkin murid2 bisa mendoakan orang sakit dengan minyak jika tidak ada yang memerintahkan mereka? Saya mempunyai pemikiran demikian. Pertama, perhatikan bahwa konteks ayat ini beribacara tentang Yesus yang mengutus murid2Nya untuk memberitakan Injil. Mereka sebenarnya adalah orang2 yang tidak memahami dunia pelayanan karena dahulu profesi mereka adalah nelayan, pengumut cukai, dsb. Tetapi saya meyakini, ada suatu waktu, yang tidak dituliskan Alkitan, dimana murid2 Yesus diajar untuk menggunakan minyak dalam pelayanan mendoakan orang. Karena seorang murid pasti mencontoh atau meneladani apa yang Sang Guru lakukan. Tidak mungkin mereka melakukan pelayanan asal, tanpa adanya orang yang mengajar mereka untuk melayani, yang dalam hal ini adalah Yesus. Kedua, kalaupun kita berkesimpulan bahwa Yesus tidak mengajarkan kepada mereka tentang penggunaan minyak dalam pelayanan, berarti bisa dipastikan bahwa penggunaan minyak untuk mendoakan orang sakit sudah menjadi sesuatu yang lazim dilakukan pada masa itu. Sekalipun tidak ada tulisan yang langsung menyebutkan perintah tersebut. Karena memang Alkitab bukanlah suatu buku biografi lengkap yang menceritakan secara terperinci tentang kehidupan Yesus. Seperti hal saat kita melihat seseorang sedang melipat tangannya, tunduk kepala, tutup matanya; kita pasti punya anggapan bahwa orang tersebut sedang berdoa. Sekalipun kita tidak menemukan perintah langsung di Alkitab, kalau mau berdoa kamu harus melipat tangan, tutup mata, tunduk kepala. 
Alkitab juga memberikan keterangan kepada kita bahwa minyak yang digunakan oleh murid2 dalam Mrk 6:13 dan Yak 5:14, yaitu minyak zaitun, yang berasal dari bahasa Yunani elaion. Itu sebabnya sampai saat ini gereja Tiberias mempraktekkan pelayanan kuasa menggunakan minyak zaitun yang sudah didoakan dalam nama Yesus Kristus. Dan Tiberias membuktikan dengan banyaknya mujizat yang terjadi dalam setiap pelayanannya. 
Begitu juga, ada sebuah pertanyaan; kenapa Tiberias melakukan pelayanan menggunakan minyak urapan dengan cara diminumkan? Padahal Alkitab juga jelas menuliskan untuk mengoleskan kepada orang sakit. Mungkin jika membahas secara terperinci maka akan panjang sekali tulisan ini. Tetapi cobalah kita merenungkan apa yang terjadi dalam Kis. 19:11-12, dimana dengan saputangan Paulus, dapat menyebabkan terjadinya mujizat dalam kehidupan orang2 Efesus. Coba bayangkan, darimana mereka menerapkan pelayanan yang demikian, sedangkan kita tidak menemukan Yesus menyembuhkan dengan menggunakan saputangan. Dan sesudah Yesuspun, tidak ada rasul2 lain menerapkan ajaran tersebut dalam pelayanan mujizat. Tentu ini lahir dari respon iman mereka dalam melihat pelayanan Paulus. Sama halnya yang terjadi di Tiberias, dimana jemaat Tuhan dengan langkah iman, meminum minyak urapan dari Tiberias, yang diimani dapat menyembuhkan penyakitnya. Dan terjadilah kesembuhan sesuai dengan imannya. Artinya memang gereja tidak mengajarkan untuk meminum pada mulanya, tetapi karena sebuah kesaksian jemaat, sehingga membentuk pola pelayanan yang demikian. Apakah itu menyalahi Alkitab? Saya rasa tidak, sebab memang iman kita kepada Yesus dalam mempercayakan pelayanan itu kepada hamba2Nya dapat melahirkan mujizat, dan bahkan yang belum pernah Yesus lakukan sebelumnya seperti kisah sapu tangan Paulus.  

IV. Kesimpulan
Gereja Tiberias diperintahkan oleh Yesus untuk mengembalikan kuasa yang besar di akhir zaman, seperti jaman gereja mula2. Memang betul mujizat bukan satu2nya standar kebenaran sebuah gereja, karena mungkin bagi banyak orang Kristen juga menganggap bahwa iblispun dapat melakukan mujizat. Tetapi apakah karena iblis dapat melakukan mujizat, maka semua mujizat dianggap berasal dari iblis? Semua mujizat semula dikerjakan oleh Allah, tapi iblis meniru apa yang menjadi pola kerja Allah untuk memperdaya manusia. Semua tokoh Alkitab, hampir 95% mempunyai ciri pelayanan dalam pelayanan mujizat. Apalagi kalau kita pelajari tentang pelayanan Yesus. Yesus dalam pelayanannya selalu melakukan mujizat. Tanda mujizat yang Dia lakukan untuk memberitahu kepada banyak orang bahwa Dia adalah Mesias (Yoh 20:30-31). Bukan berarti kita katakan Yesus berasal dari iblis karena melakukan mujizat. Tapi justru dengan mujizat yang Dia lakukan, orang mengenal bahwa Dia adalah Mesias yang datang dari Allah. Seperti halnya apa yang dilakukan Tiberias, diperlengkapi oleh Allah dengan pelayanan mujizat supaya orang mengetahui bahwa pelayanan yang dilakukan Pdt. DR. Y. Pariadji berasal dari Allah, dan beliau mempunyai tugas membawa kita menjadi warga Sorga. Firman harus dibuktikan, bukan sekedar kata2, tapi kuasa. Dan Gereja Tiberias melakukannya serta membuktikan dalam setiap pelayanannya.
Tuhan memberkati.

Rabu, 14 Mei 2014

GEREJA TIBERIAS INDONESIA - Panggilan dan Seruan Pertobatan

Kehadiran Gereja Tiberias di tengah masyarakat Indonesia membawa warna baru dalam dunia pelayanan. Sebab sejak kemunculannya membuat banyak fenomena di tengah pelayanan Kristen di Indonesia. Mulai dari panggilan khusus gembala sidangnya, dengan perkataan yang sering diucapkan; "saya diperintahkan Tuhan . . ., saya dipaksa menjadi pendeta . . ., saya ditugaskan mengembalikan kuasa minyak anggur", dst. 
Saya sebenarnya termasuk orang yang cukup tidak sejalan (awal mulanya), apalagi saya memiliki orang tua yang boleh dikatakan sangat fanatik dengan pelayanan gaya Tiberias, yang membuat kita sering berselisih paham dalam model pelayanan yang dilakukan. Tetapi seiring berjalannya waktu dan terutama saat saya mempelajari kembali tentang sejarah gereja, serta ikut bergabung dalam pelayanan bersama gembala sidang Tiberias, Pdt. DR. Yesaya Pariadji, membuka mata saya bahwa ternyata apa yang disampaikan oleh beliau adalah suatu kebenaran yang ada juga di dalam Alkitab. 
Pembahasan yang coba saya tuangkan disini nantinya akan cukup panjang, oleh sebab itu saya membagi menjadi beberapa bagian. Dengan harapan orang banyak tahu tentang apa yang sebenarnya gereja ini lakukan dan dasarnya apa. Dan semoga bagi yang ingin belajar, bisa mendapatkan sesuatu dari tulisan ini. Tetapi jika yang dituliskan disini tidak disukai, maafkanlah saya. Karena saya tidak bisa menyenangkan semua orang, sama seperti Yesus tidak bisa menyenangkan semua orang. Apa yang saya tuliskan semata2 karena Roh Kudus yang memberikan pengertian tentang pelayanan gereja Tiberias.

Pendahuluan
Saya meyakini bahwa saat ini kita sedang hidup di masa akhir jaman, dimana kita menantikan kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya. Semakin mendekati waktu kedatanganNya, iblis berusaha membinasakan banyak orang. Oleh sebab itu cara iblis membinasakan orang percaya dengan mengirim banyak penyesat ke dalam gereja. Kenapa gereja? Karena tidak perlu iblis menyesatkan yang sudah tersesat yang ada di luar gereja, karena gereja merupakan kumpulan orang percaya; maka gerejalah yang menjadi target utama iblis dalam penyesatan. Dalam melakukan penyesatan, iblis menyamar seperti malaikat terang, karena dengan demikianlah dia akan diterima oleh warga gereja. Jika ia menampakkan wujud aslinya kepada kita, sudah barang tentu kita akan meninggalkannya. Oleh sebab itu kita harus menguji tiap2 orang yang mengaku sebagai "hamba Tuhan" tapi sebenarnya bukan datang dari Tuhan.
2 Pet 2:1-3 jelas menuliskan, bahwa sejak zaman PL sudah bermunculan nabi palsu (zaman itu tidak ada gelar pendeta), dan jaman PB ada guru palsu (para pengajar Alkitab); sehingga jangan heran kalau jaman sekarang bermunculan hamba Tuhan palsu. Hamba Tuhan palsu tampil di tengah gereja, di tengah kumpulan orang percaya, karena demikian juga yang terjadi di jaman PL dan PB. Hal inilah yang menbuat kita harus menguji, apakah hamba Tuhan tersebut datang dari Tuhan atau tidak.
Seperti halnya saya pernah ditanya oleh seorang anak muda dari kota Sulawesi, dengan menceritakan "ada seorang hamba Tuhan, dia berkata dapat mimpi dari Tuhan untuk membuat ramuan dari campuran beberapa bahan. Ramuan ini sanggup menyembuhkan berbagai macam penyakit, termasuk HIV. Tapi syaratnya tidak boleh minum obat dan tidak boleh terima minyak lagi. Ditambahkan, bahwa bahan ramuan ini Tuhan minta kepadanya untuk dirahasiakan, tidak boleh ada seorangpun yang tahu". Saya bertanya, apakah ada dasar Firmannya? Kalau tidak ada, hendaklah waspada, karena siapa tahu itu bentuk penyesatan model baru. Seperti hal juga saya menghadapi kasus dimana seorang mahasiswa saya menceritakan, bahwa ada seorang hamba Tuhan mengaku mempunyai karunia "mengubah air menjadi anggur seperti Yoh 2, dan akhirnya air putih tersebut dipakai untuk perjamuan kudus". Pertanyaan saya simple kepada yang bertanya kepada saya tentang hal tersebut, air putihnya berubah jadi anggur tidak? Jawabnya, tidak. Saya katakan bahwa Yesus benar2 merubahnya. Jika dasar tersebut dipakai untuk melakukan perjamuan dengan air putih karena bisa dirubah menjadi perjamuan kudus yang adalah tubuh dan darah Yesus, saya katakan itu penyimpangan dan mungkin penyesatan. Karena sekalipun Yesus sanggup mengubah air putih menjadi anggur, tetapi Dia tidak melakukannya saat akan perjamuan bersama murid2Nya. Bahkan Dia perintahkan murid2Nya untuk persiapkan perjamuan paskah,myang artinya beli roti dan anggur. 
Lalu pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan Tiberias. Gereja Tiberias berdiri karena adanya panggilan khusus Pdt. DR. Yesaya Pariadji untuk mendirikan gereja yang penuh kuasa, dimana beliau selalu katakan bahwa saya diperintahkan Tuhan, melewati suatu pengalaman rohani. Apakah gereja ini benar, dsb? Muncul banyak pertanyaan. Sama seperti suatu ketika penulis ditanya oleh beberapa teolog. Bahwa darimana kamu (saya) tahu bahwa apa yang disampaikan pak Pariadji benar, beliau diundang ke surga (memang kamu ikut ke surga), beliau diperintahkan Tuhan (memang kamu dengar juga perintahnya), jangan2 itu dibuat2 untuk terlihat spektakuler, dsb. Jawaban saya simple tentang hal ini, bahwa masing2 kita punya pengalaman "pribadi" bersama Tuhan, yang berbeda2 satu dengan yang lainnya. Tapi untuk menguji apakah pengalaman itu benar dari Tuhan atau tidak, kita harus uji dengan Firman. Karena itulah standar dan utama dalam kebenaran.

Panggilan Khusus
Secara khusus Tuhan memanggil Pdt. DR. Yesaya Pariadji untuk mendirikan gereja Tiberias dimana pelayanannya akan disertai penuh kuasa. Banyak yang bertanya2, kenapa harus pak Pariadji yang dipilih, kenapa harus dipaksa? Bahkan seorang pendeta pernah berkata, kalau ada hamba Tuhan mengatakan saya dipaksa Tuhan jadi pendeta, itu bentuk pembodohan, dsb. Saya rasa Tuhan punya hak dan cara untuk memanggil seseorang menjadi perpanjangan karya Allah di bumi.
Pertama Musa, bagaimana Musa "dipaksa" Tuhan untuk membebaskan orang Israel dari tangan Firaun. Bahkan sampai Musa menawarkan Harun saja yang Tuhan pakai, tetapi tetap Tuhan memilih Musa. Kedua, Amos. Dimana sebenarnya dia bukan nabi, tapi hanya peternak dan petani (Am 7:14), tapi Tuhan perintahkan dia untuk menjadi nabi dan menyampaikan pesan Tuhan. Ketiga, Yunus. Dimana Yunus sampai hampir berurusan dengan maut karena menolak panggilan Tuhan untuk memberitakan pertobatan ke Niniwe. Keempat, Paulus. Dimana Paulus orang yang tidak kenal Tuhan pada mulanya, bahkan penganiaya orang Kristen. Tapi Tuhan pilih dia menjadi alat bagi kemuliaanNya. Artinya memang kita tidak pernah tahu, kenapa Tuhan pilih Pdt. DR. Yesaya Pariadji yang bukan Kristen, yang tidak kenal Tuhan dari mulanya, tetapi dipanggil khusus untuk berkarya bagi Dia. Itu semua merupakan hak prerogatifnya Allah, dimana Dia sendiri punya hak untuk memilih orang untuk dipakai sebagai kawan sekerjaNya (Yes 65:1). Mungkin jawaban yang simple ini memberikan kita pandangan baru, bahwa kalau sampai ada seseorang yang dipilih Tuhan dan dipaksa untuk menjadi alat bagi karyaNya, berarti orang tersebut special di mata Tuhan. Sama halnya, kenapa harus kita yang diselamatkan? Kenapa tidak keluarga kita yang lain yang tidak menerima Dia? Mungkin jawaban sederhananya, karena anda dan saya adalah orang yang special di mataNya.
Oleh karena itu kita tidak bisa membatasi kenapa Tuhan harus memilih seseorang, bahkan harus dipaksa meneruskan karya Allah di bumi. Itu semua adalah hakNya. 

Perintah Menyerukan Pertobatan
Saat perjumpaan dengan Yesus, saat diundang ke Sorga, Pdt. DR. Yesaya Pariadji diperintahkan dengan suatu perkataan, "Pariadji, kamu belum saatnya mati, kembalilah ke bumi untuk menyerukan bahwa manusia harus hidup yang suci: suci pikirannya, perkataannya, perbuataannya, untuk dipersiapkan menjadi jemaat yang kudus, yang dipersiapkan masuk ke Sorga". Dari perintah inilah lahir visi misi gereja Tiberias dalam sebuah rumusan kalimat Mempersiapkan Jemaat Yang Kudus, Misionaris dan Siap ke Sorga. Tidak heran sejak berdirinya gereja ini, secara konsisten Pdt. DR. Yesaya Pariadji menyerukan tentang kekudusan, dimana kekudusan sebuah hal yang penting untuk membawa kita ke sorga. Maz. 24:3-5 jelas mengatakan kepada kita, bahwa orang2 yang bisa menghadap Tuhan dan masuk ke dalam TempatNya, adalah orang2 yang menjaga kekudusan. Dalam Ibr. 12:14 juga mengatakan hal yang sama, dimana tanpa kekudusan, tidak ada seorangpun yang akan melihat Allah, artinya masuk sorga.
Tetapi banyak orang berfikir bahwa kita tidak akan pernah bisa selamat dengan perbuatan baik, tapi karena anugrah Allah. Saya katakan, 100% betul. Tetapi pertanyaannya adalah, apa yang kita lakukan setelah kita menerima anugrah? Anugrah Yesus nyatak kita terima melalui korban tubuh dan darahNya, yang kita terima juga dalam Perjamuan Kudus. Tetapi kenyataannya, Banyak orang menyalahgunakan anugrah untuk hidup seenaknya, sehingga Paulus harus menuliskan dalam Rm. 6:14-16 bahwa anugrah bukan untuk mengijinkan kita berbuat dosa, tetapi justru karena anugrah, kualitas hidup kita menjadi lebih baik lagi, dibandingkan orang2 yang hidup dalam jaman Taurat. Itulah yang Yesus jelaskan dalam Mat 5:21-48, dimana Dia membuat suatu hukum yang baru, hukum Grace (penekanan saya), dimana target Yesus, kita mencapai kesempurnaan. Hukum Grace justru jika pahami dengan benar, lebih sulit, lebih susah, lebih ribet dibandingkan hukum Taurat PL. Tetapi kabar baiknya bahwa kita dimampukan oleh Roh Kudus untuk hidup di dalamnya. 

Kesimpulan
Apa yang diperkatakan dalam mimbar Tiberias tentang panggilan Tuhan kepada Pdt. DR. Yesaya Pariadji dan perintah tentang kekudusan, semua itu terdapat dalam Alkitab, sehingga kesimpulan saya bahwa apa yang disampaikan dalam mimbar Tiberias bukan bentuk penyimpangan, tetapi justru sesuatu yang Alkitabiah. Karena target gereja ini membawa kita ke dalam tujuan akhir hidup kita setelah mati, yaitu sorga. 
Pembahasan tentang yang lain, akan saya tuliskan dalam bagian yang berbeda. Kiranya berkat Allah dalam AnakNya Yesus Kristus, melimpah atas kita.

Senin, 03 Juni 2013

Tanggapan Petisi Kepada Pdt DR Yesaya Pariadji

Shalom,

Akhir2 ini ramai dibicarakan di dunia maya tentang Petisi yang ditujukan kepada Pdt DR Yesaya Pariadji yang dimuat di situs Kompasiana.com. Banyak pertanyaan yang masuk kepada saya secara khusus tentang kebenaran hal tersebut. Karena itu saya membuat tulisan atas setiap pertanyaan yang ditujukan kepada saya. Berikut saya copy paste isi dari petisi tersebut dalam alamat situs http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/29/petisi-kepada-pdt-yesaya-pariadji-gembala-sidang-gereja-tiberias-indonesia-564007.html.
PETISI KEPADA PDT YESAYA PARIADJI GEMBALA SIDANG GEREJA TIBERIAS INDONESIA
Dengan ini kami, Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan, menyatakan bahwa setelah mengamati dinamika dan sepak-terjang Pdt Yesaya Pariadji selaku Gembala Sidang Gereja Tiberias Indonesia (GTI), serta merenungkan ajaran-ajarannya yang tertulis pada Buletin GTI, menyatakan sebagai berikut: 
1. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan sejati karena sangat suka mengutuk orang-orang lain di mimbar GTI. Kutuknya juga sangat keji, seperti “lumpuh”, “ditabrak kereta”, “perutnya disobek-sobek pisau bedah”, dan lainnya. Padahal, Tuhan dalam ajaran-ajaran-Nya yang tertulis di Alkitab justru mengajar kita untuk mengasihi sesama manusia, termasuk musuh atau lawan kita.
2. GTI bukanlah gereja yang benar, karena orang-orang yang bersaksi mengalami mukjizat Tuhan harus selalu menyebut nama Pdt Yesaya Pariadji, meskipun orang itu sendiri tidak didoakan oleh Pdt Yesaya Pariadji. Dengan demikian nampak bahwa GTI sangat mengultuskan Pdt Yesaya Pariadji. Padahal, tidak ada satu pun yang boleh ditinggikan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri.
3. Pdt Yesaya Pariadji dan GTI telah menerbarkan fitnah keji selama lebih dari setahun belakangan, khususnya terhadap Pdt Josua Tumakaka (mantan pendeta GTI, yang kemudian mengundurkan dari GTI) yang dituduh menjalin hubungan perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul. Didasarkan hal itu pula GTI telah lebih dari setahun menyebut-nyebut ”pendeta setan” di dalam Buletin GTI, yang ditujukan kepada Pdt Josua Tumakaka, meskipun nama Josua Tumakaka sendiri tidak disebut-sebut secara eksplisit.
4. GTI bukanlah gereja yang benar, karena di tengah ibadah Minggu, ada orang-orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi dusta untuk mendiskreditkan Pdt Josua Tumakaka sebagai ”pendeta setan”. Padahal, seharusnya setiap kesaksian bertujuan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan tidak memojokkan pihak-pihak manapun.
5. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan yang benar, karena ajaran-ajarannya di mimbar maupun di Buletin GTI lebih didasarkan pada pengalaman-pengalaman supranatural dan halusinasi-halusinasinya yang sangat subyektif dan sama sekali tidak ada rujukannya dalam Alkitab. Sebagai contoh, Pdt Yesaya Pariadji mengaku-ngaku sebagai Juru Bicara Surga, Gembala Sidang Yerusalem Baru, memiliki Roh Martir, mendapat SK dari Langit, diajar Yesus langsung, mengajar tentang pemulihan kuasa Perjamuan Kudus, mengajar tentang kuasa Minyak Urapan, dan lain sebagainya.
Didasarkan pada hal-hal tersebut (yang sebenarnya masih banyak lagi), maka dengan ini kami secara tegas menyatakan bahwa kami siap dan tidak segan-segan untuk melawan pelbagai bentuk kesesatan yang bersumber dari Pdt Yesaya Pariadji dan GTI. Kami akan menyebarluaskan PETISI ini kepada pihak-pihak yang terkait di seluruh Indonesia, baik secara tercetak maupun elektronik.
Jakarta, 28 Mei 2013
Kami yang membuat PETISI ini:
Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan

Tembusan:
1. Pimpinan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
2. Pimpinan PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia)
3. Pimpinan PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia)
4. Pimpinan Gereja Bala Keselamatan
5. Pimpinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh 

6. Pimpinan Gereja Ortodox Indonesia7. Pimpinan GGBI (Gabungan Gereja Babtis Indonesia)

Jika dicermati dengan seksama pembuat petisi ini bernama Poetry Gusti, seorang aktivis LSM isu-isu perempuan. Dari pembuat petisi ini kurang jelas mencantumkan identitasnya. Dan menjadi pertanyaan juga, apakah hubungan aktivis LSM mengenai isu-isu perempuan membuat petisi tentang gereja? Lalu juga forum Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan apakah memang benar2 ada, atau hanya nama yang dibuat? Jadi sumbernya kurang lengkap dan jelas.

Saya mencoba membahas satu-persatu tulisan dari petisi di atas.
1. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan sejati karena sangat suka mengutuk orang-orang lain di mimbar GTI. Kutuknya juga sangat keji, seperti “lumpuh”, “ditabrak kereta”, “perutnya disobek-sobek pisau bedah”, dan lainnya. Padahal, Tuhan dalam ajaran-ajaran-Nya yang tertulis di Alkitab justru mengajar kita untuk mengasihi sesama manusia, termasuk musuh atau lawan kita. 
Tanggapan saya
Pdt Pariadji tidak pernah memakai kata "saya mengutuk", tetapi lebih kepada apa yang pernah beliau alami di saat belum bertobat harus mengalami tegoran Tuhan yang keras sehingga bertobat. Hal ini bukan berarti kutuk. Tetapi seperti yang Yesus lakukan terhadap orang yang Dia kasihi harus melewati teguran dan hajaran agar bertobat. Mengingat sifat manusia akibat dosa, suka mengalami pemberontakan, maka Allah harus memakai cara menegur bahkan menghajar untuk membuat orang kembali kepada jalanNya. Apa yang Alkitab perlihatkan kepada kita, sekalipun Yesus lembut dan mengajarkan kepada kita untuk mengasihi musuh-musuh, tetapi ada saat dimana Yesus keras terhadap orang2 yang menyesatkan anak2 (Mat. 18:6,7 - celakalah penyesat), terhadap ahli Taurat. Artinya mereka2 yg sudah tahu firman, tapi tidak menjadi pelaku firman, malah melakukan penyesatan kepada orang yang lemah. Kerinduan beliau agar semua orang diselamatkan, sama dengan kerinduan Yesus. Oleh sebab itu terkadang hajaran dapat menjadi cara ampuh untuk mengingatkan manusia untuk kembali kepada jalanNya

2. GTI bukanlah gereja yang benar, karena orang-orang yang bersaksi mengalami mukjizat Tuhan harus selalu menyebut nama Pdt Yesaya Pariadji, meskipun orang itu sendiri tidak didoakan oleh Pdt Yesaya Pariadji. Dengan demikian nampak bahwa GTI sangat mengultuskan Pdt Yesaya Pariadji. Padahal, tidak ada satu pun yang boleh ditinggikan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Tanggapan saya:
Sebagai salah satu pendeta di Tiberias harus diakui bahwa saya bisa mengerti ajaran yang ada di gereja ini karena saya menerima dari Pdt Pariadji. Mengembalikan kuasa minyak dan anggur belum pernah saya temui di gereja manapun dan dalam sejarah gereja sekalipun. Sehingga dalam pelayanan minyak anggur yang diterapkan memang harus diakui karena sosok Pak Pariadjilah, saya bisa meneruskannya kepada jemaat yang lain. Beliau sendiri selalu berkata saya diajar langsung Tuhan, bukan saya. Sehingga memang karena adanya transfer roh (kuasa) yang diberikan Tuhan Yesus kepada beliau bisa saya terima.
Di Tiberias hanya 1 nama yang ditinggikan yaitu Yesus. Lagipula jika saudara datang ke setiap acara Tiberias, semua sakramen yang dilakukan, baik Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan serta Baptisan, dilakukan di dalam nama Yesus, bukan nama pak Pariadji. Sehingga tuduhan meninggikan nama Pak Pariadji hanya tafsiran dan pandangan subjektif yang kurang tepat.

3. Pdt Yesaya Pariadji dan GTI telah menerbarkan fitnah keji selama lebih dari setahun belakangan, khususnya terhadap Pdt Josua Tumakaka (mantan pendeta GTI, yang kemudian mengundurkan dari GTI) yang dituduh menjalin hubungan perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul. Didasarkan hal itu pula GTI telah lebih dari setahun menyebut-nyebut ”pendeta setan” di dalam Buletin GTI, yang ditujukan kepada Pdt Josua Tumakaka, meskipun nama Josua Tumakaka sendiri tidak disebut-sebut secara eksplisit.
Tanggapan saya:
Pak Pariadji tidak pernah memfitnah, tetapi apa yang dilakukannya berdasarkan bukti dan fakta lapangan. Kalau dalam petisi ini menyebutkan nama seorang pdt, pak Pariadji tidak pernah menyebutkan nama orang tersebut. Lagipula keluarnya pdt tersebut dari Tiberias atas sebuah keputusan pribadi yang diambil olehnya yang sudah tidak sejalan dengan Tiberias, sehingga itu adalah sesuatu yang fair saat tidak sejalan dengan wadah yang menaunginya, yang berujung pada pengunduran diri. Apa yang disaksikan di Tiberias mengenai salah satu mantan pendeta di Tiberias bukan tanpa alasan, tetapi dengan banyaknya kesaksian orang-orang yang pernah berhubungan dengan pendeta tersebut yang akhirnya bersaksi tentang apa yang mereka alami selama ini, oleh sebab itu mereka bersaksi untuk mengingatkan dan memberitahu jemaat yang lain akan resiko yang akan terjadi. Jadi bukan suatu bentuk perekayasaan suatu kasus.

4. GTI bukanlah gereja yang benar, karena di tengah ibadah Minggu, ada orang-orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi dusta untuk mendiskreditkan Pdt Josua Tumakaka sebagai ”pendeta setan”. Padahal, seharusnya setiap kesaksian bertujuan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan tidak memojokkan pihak-pihak manapun.
Tanggapan saya:
Mereka yang bersaksi adalah orang-orang yang punya pengalaman pribadi dengan sosok pendeta yang dimaksud. Kesimpulan dari setiap kesaksian tersebut dimana banyak orang bersukacita, meninggikan nama Yesus karena melalui penyingkapan rahasia dalam pelayanan Gereja Tiberias, mata rohani mereka dibukakan dan kehidupan mereka dipulihkan.

5. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan yang benar, karena ajaran-ajarannya di mimbar maupun di Buletin GTI lebih didasarkan pada pengalaman-pengalaman supranatural dan halusinasi-halusinasinya yang sangat subyektif dan sama sekali tidak ada rujukannya dalam Alkitab. Sebagai contoh, Pdt Yesaya Pariadji mengaku-ngaku sebagai Juru Bicara Surga, Gembala Sidang Yerusalem Baru, memiliki Roh Martir, mendapat SK dari Langit, diajar Yesus langsung, mengajar tentang pemulihan kuasa Perjamuan Kudus, mengajar tentang kuasa Minyak Urapan, dan lain sebagainya.
Tanggapan saya:
Pengalaman supranatural tidak bisa lepas dari keKristenan karena kita meyakini bahwa Tuhan kita berkuasa atas alam roh dan alam nyata. Pengalaman supranatural ditampilkan secara jelas di dalam Alkitab, sehingga bagi saya jika orang percaya meragukan pengalaman supranatural, berarti ada suatu keanehan di dalam dirinya. Saat segala suatu pengalaman supranatural disatukan dengan logika berfikir manusia, itu hal yang tidak bisa sejalan. Contohnya, bagaimana mungkin seorang perawan mengandung dari Roh Kudus? Bagaimana 5 roti dan 2 ikan memberi makan 5000 orang? Semua itu terjadi karena hal supranatural. Secara logika tidak masuk di akal. Tetapi kita bisa temukan jawabannya secara logika, karena kita percaya Allah sanggup melakukannya. Sama halnya bahwa Allah sanggup memberikan kepada kita pengalaman supranatural untuk menunjukkan kemahakuasaanNya.
Apa yang diajarkan pak Pariadji semua terambil dari Alkitab, artinya tidak bertentangan dengan Alkitab. Kenapa bisa berbeda dengan yang lain. Mungkin jawabannya adalah, penafsiran terhadap ayat Alkitab memang membuat banyak perbedaan di dalam ajaran Kristen, karena memakai metode yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak heran tokoh reformasi gereja Marthin Luther dan Zwingli berdebat tanpa ada titik temunya karena masalah penafsiran tentang Perjamuan Kudus. Oleh sebab itu penafsiran bisa berbeda, bisa kurang tepat, bisa salah; tetapi yang dialami pak Pariadji, beliau mendengar sendiri suara Tuhan, dan berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus dalam pengalaman supranaturalnya. Oleh sebab itu apa yang beliau perkatakan dibuktikan dengan banyaknya mujizat yang terjadi dalam pelayanan Tiberias dan perkataannya yang selalu didengungkan kepada jemaat, "jika saya berdusta, jika saya belum berjumpa Tuhan, jika saya belum mendengar suara Tuhan, jika saya belum pernah melihat neraka dan surga, dsb.; saya siap dilempar ke neraka". Perkataan ini sangat jarang dilakukan oleh seorang pendeta karena mengandung resiko yang besar. Jadi pelayanan beliau bukan tanpa dasar firman, tapi mungkin sudut pandang yang digunakan berbeda. Sama seperti halnya saat Yesus diutus ke dunia, bagaimana orang mempercayai Dia datang dari surga?? Semuanya diteguhkan dengan tanda-tanda mujizat yang dibuat oleh Yesus sendiri. Jadi pelayanan dan panggilan pak Pariadji, diteguhkan dengan banyaknya mujizat yang terjadi di Tiberias.

Sebagai penutup saya katakan bahwa petisi di atas dibuat oleh pihak yang "membenci" Tiberias. Secara tata ibadah, secara keimanan, secara status gereja; semua tidak ada yang menyimpang. Berbicara doktrin, doktrin bisa berbeda satu dengan yang lainnya karena perbedaan sudut pandang. Mungkin kata-kata Martin Luther bisa saya kutip, "buktikanlah salah menggunakan Alkitab". Entah karena Tiberias semakin berkembang, besar, dsb. Semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang meniupnya. Tetapi dasar yang kuat tidak akan pernah membuat pohon tersebut tumbang. Pak Pariadji dan Tiberias hanya melakukan perintah yang Tuhan berikan untuk dilakukan, "mempersiapkan jemaat yang kudus, misionaris dan siap ke surga", membawa jemaat kepada target akhir kita, yaitu surga. Jadi mari sama-sama persiapkan diri kita menghadap Dia di dalam kekudusan. 
Tuhan memberkati








Selasa, 28 Mei 2013

Anugrah dan Kebenaran (Grace and Truth)

Keselamatan merupakan ajaran terpenting di dalam kekristenan. Apalagi jika kita melihat sepanjang sejarah gereja, banyak terjadi perdebatan, doktrin-doktrin menyangkut hal keselamatan. Tidak bisa lepas juga banyaknya ajaran-ajaran tentang keselamatan yang menyimpang dari beberapa kelompok aliran kristen.

Kristen memang unik, karena keselamatan yang ada dalam Kristen berdasarkan anugrah Allah di dalam AnakNya Yesus yang mau datang ke dalam dunia dan mati bagi dosa manusia. Berbeda dengan beberapa kepercayaan yang menampilkan perbuatan baik sebagai dasar untuk memperoleh keselamatan. Tetapi apakah pada akhirnya perbuatan diabaikan karena sudah menerima anugrah dari Allah. Ini yang membuat sedikit rancu di dalam kekristenan. Apakah kekudusan tidak menjadi hal yang penting dalam menerima keselamatanan karena adanya anugrah. Bahkan banyak orang membandingkan bahwa hidup jaman Perjanjian Baru (anugrah) lebih enak dan mudah, karena saat kita berdosa atau jatuh dalam dosa, tidak penghukuman. Berbeda dengan jaman Perjanjian Lama yang kita lihat di Alkitab saat ada orang berdosa, dampak yang ditimbulkan sangatlah berat bahkan bisa sampai kepada kematian.

Apakah pada akhirnya Anugrah dan Kebenaran adalah suatu hal yang terpisah dan berdiri sendiri, ataukah menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Yoh 1:14-17 menyebutkan bahwa anugrah dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Hal ini memberikan kepada kita suatu pemahaman bahwa ternyata Yesus merupakan sumber anugrah dan kebenaran. Oleh sebab itu, kedua hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dipisahkan sama sekali.

Anugrah berbicara bagaimana Allah berperan memberikan kepada manusia keselamatan melalui Yesus, dan kebenaran berbicara bagaimana langkah manusia merespon anugrah Allah dengan melakukan kebenaran, yaitu dengan hidup di dalam kekudusan.

Mari renungkan Mat. 5:48: “Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu di surga adalah sempurna”. Kalau kita perhatikan baik ayat tersebut, kita mendapati bahwa ayat tersebut mengandung unsur perintah karena memakai kata “harus”. Artinya ada suatu perintah Yesus bagi kita untuk menjadi sempurna. Tetapi yang menjadi pertanyaan, bisakah manusia sempurna? Saya hanya mencoba memahami bahwa bukanlah tanpa maksud Yesus mengatakan hal ini. Karena kalau kita memperhatikan beberapa ayat sebelumnya, Yesus selalu membandingkan suatu “hukum yang baru”, yang Ia tetapkan, lebih mulia dibandingkan hukum Taurat Perjanjian Lama. Sebagai contoh Mat. 5:21, “kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum”. Disini Yesus menunjukkan bagaimana bunyi dari hukum Perjanjian Lama tentang jangan membunuh karena akan dihukum. Membunuh yang dimaksud PL menunjuk kepada tindakan pembunuhan yang menyebabkan orang mati. Tetapi coba kita lihat ayat 22 dari Mat. 5 yang mengatakan, “tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum . . .” Bayangkan apa yang Yesus katakan mengenai “hukum yang baru” akan ada hukuman jika kita marah. Dalam PL, kita bunuh sampai mati akan dihukum. Tetapi dalam hukum Yesus, belum sampai ada pembunuhan, hanya baru sekedar marah sudah ada hukuman. Begitupun dengan Mat. 5:27, 28, “kamu telah mendengar firman: jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”. Dalam hukum Taurat, sudah ada tindakan perzinahan dianggap berzinah, tetapi dalam PB, belum ada tindakan, tetapi baru hanya sekedar memikirkan, sudah dianggap berzinah. Begitupun dengan ayat-ayat selanjutnya. Ini yang saya coba mau katakan, bahwa apa yang Yesus perintahkan kepada kita dalam jaman anugrah, PB, bukan menjadikan tuntutan hukum menjadi berkurang, tetapi justru ada bobot yang lebih tinggi. Sehingga dari akhir Matius 5, Yesus mengatakan supaya kita harus sempurna. Sebab itu pandangan yang mengatakan bahwa PL lebih sulit dibanding PB, justru yang saya temukan, hidup dalam jaman PB lebih sulit dibandingkan jaman PL. Anugrah yang kita terima di jaman PB bukan menjadikan kualitas hidup manusia semakin menurun dan tambah bobrok, tetapi sebaliknya Yesus mengingkan suatu kualitas yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang hidup di jaman PL. Oleh sebab itu anugrah harus direspon manusia untuk hidup di dalam kebenaran dengan cara melakukan perintah Yesus, hidup dalam kekudusan. Karena tanpa kekudusan Alkitab berkata tidak ada seorangpun yang akan melihat Allah, artinya tidak bisa memandang Allah di surga.

Untuk kita dapat memahami apa yang saya maksudkan, mari kita lihat bersama Yoh. 8:2-11.
2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." 

Apa yang terjadi dalam kisah ini, yaitu ada seorang perempuan yang dibawa kepada Yesus untuk diadili karena tertangkap basah berbuat zinah (zinah pada itu adalah suatu perbuatan seks di luar hubungan suami istri). Sesuai hukum Taurat orang yang berzinah harus dihukum mati. Tetapi kejanggalan muncul, karena hukum Taurat menetapkan hukuman perzinahan diberikan kepada laki-laki dan perempuan yang berzinah, bukan kepada 1 pihak saja (Ul. 22:22). Artinya, kemana si laki-lakinya, atau siapakah si laki-laki? Karena kalau tertangkap basah seharunya tidak akan bisa mengelak lagi. Tetapi memang ini sudah diskenariokan oleh ahli Taurat dan orang Farisi untuk mencoba Yesus. Karena kalau Yesus mengatakan tidak boleh dihukum, jelas Yesus bertentangan dengan hukum Taurat, dan bisa dapatkan hukuman serta tidak dipercaya sebagai Mesias (Mesias tidak bertentangan dengan Taurat, tetapi menggenapinya). Sehingga Yesus setuju perempuan tersebut dihukum dengan syarat “orang yang tidak berdosa yang pertama kali ambil batu dan lempar perempuan tersebut”. Dari antara semua yang hadir disitu, hanya Yesus yang tidak berdosa, yang punya hak pertama ambil batu lalu lempar kepada perempuan tersebut. Tetapi Yesus tidak melakukannya sekalipun Yesus punyak hak melakukan itu. Seperti yang Yesus katakan dalam ayat 11, “Akupun tidak menghukum engkau”. Inilah yang dinamakan dengan ANUGRAH. Saat kita layak terima hukuman karena kita orang berdosa, Yesus katakan kepada kita, Aku tidak menghukum engkau. Tetapi perkataan Yesus tidak berhenti sampai disitu. Selanjutnya Ia mengatakan, “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi, mulai dari sekarang”. Ini yang dinamakan KEBENARAN. Karena setelah seseorang terima anugrah, tidak berhenti hanya sampai disitu. Ada pesan Tuhan yang menyertai untuk kita tidak berbuat dosa lagi sejak kita meneriman anugrah.

Jadi berbicara anugrah, ia tidak berdiri sendiri tetapi harus berdampingan dengan kebenaran. Kita terima anugrah dari Yesus agar kita semua hidup dalam kebenaran, dalam kekudusan. Memang sangat berbeda apa yang ada di PL dan PB. Seakan-akan PL lebih sulit dibandingkan PB. Tetapi kalau kita mau jujur, justru hidup di dalam jaman PB lebih sulit dibandingkan jaman PL.
Ilustrasi ini membuat kita memahami apa yang saya maksudkan.

Seandainya saya orang yang kaya raya dan memberikan kepada saudara 2 mobil. Satu yang harga 100jutaan, dan yang satu lagi seharga 1 milyar. Bagaimana sikap saudara terhadap 2 mobil tersebut, sama atau berbeda? Perawatan yang harus saudara lakukan terhadap 2 mobil tersebut lebih mahal mana dan lebih sulit mana? Mungkin kita akan katakan, yang 1 milyarlah yang akan kita perlakukan secara khusus, biaya perawatan lebih mahal dan lebih sulit.

Saya mau katakan bahwa anugrah yang kita terima dengan ‘darah Yesus” bukanlah murahan sekalipun kita menerima secara gratis. Hal tersebut sangatlah mahal, bahkan Alkitab gambarkan melebihi emas dan perak. Otomatis saat kita menerima sesuatu yang mahal, perlakuan kita akan berbeda, ada perawatan yang lebih sulit, ada harga yang lebih mahal yang harus kita kerluarkan. Jadi cara hidup kita, akan berbeda sebelum dan sesudah kita menerima yang mahal itu. Seharusnya demikianlah kekristenan. Kekristenan ada karena anugrah Allah yang mahal melalui darah Kristus. Seharusnya kekristenan dapat menampilkan pola hidup, moral yang lebih baik dari agama manapun. Karena orang yang berkata saya Kristen sudah menerima anugrah yang sangat mahal, sehingga cara perlakuan kita akan berbeda sebelum dan sesudah menerima yang mahal itu dengan hidup di dalam kebenaran, yaitu kekudusan.

Bersyukurlah atas anugrah besar dari Allah dengan jalan hidup kudus sesuai perintahNya: "kuduslah kamu sebab Aku kudus!
Tuhan memberkati

Minggu, 02 Desember 2012

YANG UTAMA DAN TERUTAMA BAGI PERTUMBUHAN GEREJA, PERAN DAN PEMIKIRAN, SERTA KONTRIBUSINYA BAGI PEMBANGUNAN BANGSA



I.          PENDAHULUAN
Hendrik Kraemer pernah berkata, bahwa pemimpin gereja, maupun pengembangan/ pertumbuhannya yang terbaik bagi gereja-gereja di Indonesia adalah orang-orang Indonesia sendiri. Dengan dasar pertimbaganan tersebut diharapkan orang-orang Indonesia dapat meneruskan tugas panggilan gereja di Indonesia dalam waktu tidak begitu lama, dengan harapan gereja-gereja yang dipimpin oleh misionaris secara bertahap dipimpin oleh pendeta pribumi (orang-orang Indonesia).
Choan Seng Song, teolog Taiwan yang menggagas teologi kontekstual, berpendapat bahwa kebudayaan Asia adalah wadah yang paling tepat bagi Injil Yesus Kristus untuk masyarakat Kristen di Asia.Pengalaman ini ratusan tahun kekristenan di Asia masih terbungkus oleh budaya Barat. Barat memang menarik (mungkin dominan) juga ketika mereka ke Asia pada abad ke 16, untuk mendapatkan rempah-rempah. Disamping mendapatkan secara langsung rempah-rempah mereka mewartakan Injil yang indah untuk orang-orang Asia. Kekristenan (Protestan lahir pada abad ke 18) sejak itulah kekristenan Barat di Indonesia sampai usainya Perang Dunia II, bertumbuh, namun lambat tidak secepat yang dibayangkan, dibanding dengan misinya pekabaran Injil di Asia, khususnya di Indonesia. Para Misionaris yang datang ke Indonesia adalah orang-orang Barat (Misionaris Pietisme) sebagai orang Barat memiliki budaya Barat. sebagai orang pietisme, mereka mencurigai terhadap nilai-nilai di luar kitab suci. Akibatnya terjadilah pengeliminasian budaya Indonesia di dalam kekristenan yang ada di Indonesia. Orang-orang pribumi yang menjadi kristen dilepaskan dari akar budayanya. Salah satu istilah ejekan kepada orang-orang Kristen yang meninggalkan budaya Jawa ialah “Londo ireng”. Namun budaya Baratbelum dia miliki. Ternyata apa yang dikatakan “Sadhu Sundar Sing” (penginjil India) kekristenan berbaju Barat kurang dapat diterima di Asia. Pertimbangan tersebut, meyakinkan kekristenan di Asia tidak berkembang hanya + 10 % di Asia. Dalam konteks Indonesia, menjadikan kekristenan berbudaya Indonesia. untuk menjadikan kekristenan eksis dan bertumbuh di Asia, salah satu caranya ialah menjadikan kekristenan berwajah Asia, dan di Indonesia menjadikan kekristenan berwajah kebudayaan Indonesia. Dalam pengamatan saya, semangat untuk membawa Injil ke dalam konteks Indonesia tidak terlihat di berbagai wilayah/daerah Indonesia, dengan pemakaian atribut budaya yang telah dilakukan. Tetapi terbatas kontekstualisasinya, masih terkesan kegamangan untuk masuk lebih dalam dan kekristenan menyentuh daerah terlarang “Sinkritisme”.Melalui paparan ini, saya mencoba menyampaikan suara hati orang-orang kristen di Indonesia, mencari fondasinya pada Injil dan membandingkannya dengan wajah kekristenan umum di Indonesia. Kesimpulan saya selaku pejabat Ditjen Bimas Kristen, masih banyak yang harus dikaji dengan penuh keterbukaan hati dan keberanian untuk demi kemuliaan nama Tuhan melalui Injil Yesus Kristus dan demi menjaga istilah yang sering muncul kepermukaan bahwa Kristen di Indonesia adalah Kristen kebarat-baratan.
1.        Kuasa dan Wibawa bagi Pertumbuhan Geraja
1.1.      Pertimbangan teori Peter Wagner dan Wibawa bagi Pertumbuhan Gereja
Peter Wagner (seorang ahli pertumbuhan gereja) dari Fuller Teological Seminary, dia mengamati tentang pertumbuhan gereja-gereja Pentakosta, dan Kharismatik di Amerika Latin dan Asia. kesimpulannya adalah peranan demonstrasi di dalam gereja menjadi faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan gereja. Peter Wagner yang semula kurang tertarik tentang cara-cara Pentakosta – Kharismatik, tidak bisa menyangkal bahwa kuasa mukjizat, kuasa penyembuhan yang berasal dari Roh Kudus sungguh-sungguh menyebabkan pertumbuhan gereja sangat luar biasa hal inilah yang Peter Wagner meneliti kebenaran Alkitab dan melihat bahwa dialog-dialog akali dan teolog seperti yang pernah dilakukan oleh Rasul Paulus dengan filsuf Yunani di panggung Aeropagus tidak membawa dampak yang signifikan dibandingkan dengan demonstrasi kuasa Roh Kudus yang menyebabkan runtuhnya tembok penjara Pilipi.
2.        Pertimbangan dari strategi Kiyai Sadrakh dalam penginjilan di Jawa.
Kiyai Sadrakh adalah penginjil dari kalangan orang Jawa pada awal abad XX. Ia seorang yang berpendidikan yang sangat terbatas yang dipakai Tuhan sebagai Penginjil dikalangan orang Jawa,yang dapat mendirikan gereja sampai tahun 1898, berhasil mendirikan 70 Gereja dengan anggotanya + 8.000 orang. Para misionaris (Zending) dari Barat belum bisa mengimbangi dari strategi penginjilan yang dilaksanakan oleh Kiyai Sadrakh, walaupun pengetahuannya tentang agama Kristen sangat terbatas. pendekatannya berbeda dengan yang dilakukan oleh misionaris/zending Barat. Sadrakh sangat menguasai/menghargai kebudayaan Jawa dan menjadikan kebudayaan Jawa sebagai bungkus Injil Yesus Kristus yang diimaninya. Jadi kontekstualisasi merupakan ciri khas kekristenan yang dikembangkan oleh Sadrakh.
Ada 3 (tiga) pendekatan yang dilakukan oleh Sadrakh;
a.        Pola kepemimpinan Sadrakh adalah budaya Jawa, Sadrakh sangat menguasai dan menghargai budaya Jawa dan menjadikan kebudayaan Jawa sebagai sarana penginjilan. Kepemimpinan Sadrakh yang sangat Jawa, terasa asing bagi para Misionaris. Mereka menuduh Sadrakh menempatkan dirinya terlalu tinggi, sehingga disembah oleh para pengikutnya bagaikan Allah sendiri.
b.        Metode pelayanan Sadrakh yang menjadikan kuasa rohani sebagai sarana utama, untuk mengkristenkan orang lain, dan mengabaikan faktor-faktor teologi Protestan sebagai sarana mengkristenkan orang lain. Bagi Misionaris, seorang yang menjadi Kristen hanya karena kagum kepada Sadrakh, adalah tidak tepat. Menurut para Misionaris orang menjadi Kristen mengikuti ajaran Kristen Protestan.
c.        Ajaran yang kontekstual;
Ajaran kontekstual yang dilaksanakan oleh Sadrakh dipandang menyimpang dari para Misionaris. Sadrakh mengajarkan “Yesus adalah Ratu Adil”, membakar kemenyan sambil mengucapkan mantra untuk kesembuhan anggota jemaat, atau mengusir roh-roh jahat. Dari uraian tersebut di atas, saya ingin menjelaskan dalam pengembangan gerejanya, Sadrakh paling tidak menekankan 2 (dua) hal: pertama, dalam melayani jemaat sangat dibutuhkan kepemimpinan yang baik, dan teladan kepada jemaat, dan kedua, adanya demonstrasi kuasa, dalam pelayanan kepada jemaat.
II.       STRATEGI PENYAMPAIAN KHABAR BAIK YANG KONTEKSTUAL
-       POLA KEPEMIMPINAN SADRAKH
Perbedaan model kepemimpinan Barat dan Timur terletak pada penempatan kekuasaan. Di Barat kekuasaan dibagi-bagi sedangkan di Timur, kekuasaan disatukan dan dipusatkan pada seorang pemimpin. Model kepemimpinan Timur inilah yang diterapkan oleh Sadrakh. Sadrakh mengambil seluruh kepemimpinan yang berfokus pada dirinya sendiri, dan mengambil seluruh tanggung jawab gerejanya. Ia sendiri yang mengangkat seluruh pembantunya. Ia sendiri yang menentukan pengembangan gerejanya, dan semua operasional gerejanya harus dia ketahui. Salah satu contoh tentang komunikasi ke Misionaris, tidak dapat dilakukan sebelum ada persetujuan dari Kiyai Sadrakh. Tapi dilain pihak semua kegiatan dia sendiri yang langsung bekerja, misalnya: pembukaan lahan pertanian di hutan. Dia mendirikan Gereja di lahan-lahan hutan sebagai tempat memuji Tuhan, dan tempat belajar Firman Tuhan. Ketika Sadrakh ditangkap, lalu dipenjarakan karena melawan Pemerintah, ia mewajibkan seluruh penduduk untuk di cacar, Sadrakh menerimanya untuk dipenjarakan sebagai konsekuensi logis sebagai pimpinan. Sadrakh merawat anggota jemaatnya jika ada yang sakit, membagikan tanah kepada jemaatnya untuk diusahai para jemaatnya, dan mempekerjakan anggota jemaatnya di tanah miliknya, dia memberi modal kepada jemaatnya supaya mereka berusaha. Sadrakh bukan saja sebagai pemimpin rohani, juga pemimpin kehidupan fisik dari jemaatnya yang ada dimana-mana.

-       DEMONSTRASI KUASA SADRAKH
Sadrakh memulai pelayanannya, ia menjumpai para Kiyai-Kiyai dan menantang mereka dengan adu ilmu. Strategi ini ia lakukan, untuk mempermudah pelayanannya kepada para Kiyai dan penduduk di sekitar maupun lingkungan Kiyai. Penyebaran agama Kristen lebih cepat dibanding dengan langsung berdialog dengan para Kiyai-kiyai dan para Guru-guru di desa-desa. Kalau tidak berhasil dengan strategi pertama, maka ia menantang mereka dengan cara, perang tanding di depan umum untuk mengetahui yang paling hebat ilmunya. Sadrakh berjanji, kalau ia kalah, maka ia akan kembali ke agamanya semula, tapi jika ia yang menang, maka pihak lawan-lawannya masuk agama Kristen. Dengan kepintarannya, lawan-lawannya dengan sendiri ingin menjadi agama Kristen. Dalam mengendalikan jemaatnya, Sadrakh menunjukkan kekuatannya yang lebih hebat dari pada murid-muridnya, ia bisa menghilang secara tiba-tiba dan muncul lagi dan kadang-kadang di tangan dan kakinya ada bekas paku seperti Kristus. Ia membagi-bagi kuasanya kepada murid-muridnya dengan menjual keris yang sudah lebih dahulu ia berkati. Untuk menolong jemaatnya yang bermasalah, Sadrakh secara rutin mengadakan upacara penyembuhan pada setiap Selasa kliwon, ia berdoa, lalu memberi air untuk diminum, ternyata jemaatnya yang bermasalah sembuh kembali.
-       POLA PELAYANAN YESAYA PARIADJI
Saya tidak memiliki sumber primer, berupa buku-buku pola pelayanan Yesaya Pariadji, dengan pertimbangan tersebut saya mempergunakan brosur-brosur yang dibagikan dalam ibadah-ibadah, beberapa kali menghadiri kebaktian Gereja Tiberias di Medan, Jakarta, serta profil Gereja Tiberias di Indonesia secara berturut-turut selama 3 tahun, yaitu 2009, 2010, 2011, ternyata pertumbuhan anggota jemaatnya sangat cepat, dari data tersebut, Gereja Tiberias didirikan pada tanggal 17 Agustus 1990. Sekarang dalam kurun waktu 20 tahun bahwa Gereja Tiberias tergolong menjadi salah satu gereja besar di Indonesia bahkan pelayanannya sudah menjangkau hingga luar negeri.
Selain pertumbuhan anggota jemaatnya yang begitu cepat, Gereja Tiberias juga melahirkan sebuah tren baru dalam pelayanan kekristenan di Indonesia. Dalam pengamatan saya, istilah minyak urapan, adalah sumbangan Gereja Tiberias dalam pelayanan gerejawi di Indonesia. Disamping itu perjamuan kudus, sebagai suatu yang sudah lazim dilaksanakan dalam kegiatan gerejawi mendapat makna baru dengan penerapan perjamuan kudus di Gereja Tiberias. Minyak urapan dan Perjamuan kudus menjadi sarana kuasa ilahi dan tidak lagi sekedar simbol atas karya Kristus bagi orang-orang percaya.
-       DEMONSTRASI KUASA DAN KEPEMIMPINAN YANG BAIK
Berdasarkan pengamatan saya yang tampak pada Yesaya Pariadji bahwa ada 2 (dua) hal yang menonjol kepada pelayanan Yesaya Pariadji:
Pertama          : Demonstrasi kuasa Roh Kudus, dan
Kedua             : Kepemimpinan yang berwibawa.
Dalam kesaksian pribadinya, ia melayani dan membangun gerejayang hidup dan penuh kuasa dan mengembalikan kembali kuasa minyak urapan dan perjamuan kudus seperti pada zaman kisah para Rasul, sesuai dengan hatinya Bapa Surgawi.
            Tuhan yang amanahkan kepada Yesaya Pariadji ialah untuk membebaskan dan menyembuhkan orang dari segala penderitaan, segala penyakit, dan dari segala kutuk. Kemajuan Gereja Tiberias Indonesia, begitu cepat berkembang di seluruh Indonesia, tidak terlepas dari kepemimpinan Yesaya Pariadji. Yesaya Pariadji mengatakan bahwa dirinya paling jujur. Menurut pendapat saya, kesaksian-kesaksian Yesaya Pariadji memberikan wibawa khususnya sehingga jemaat-jemaatnya, pembantu-pembantunya, dan murid-muridnya “sangat menghormatinya”. Yesaya Pariadji adalah pemimpin yang baik dan berwibawa. Kalau dia pembohong terhadap sesamanya, jemaatnya, dan para pembantu-pembantunya, maupun terhadap orang lain, yang pasti orang-orang dekatnya akan segera meninggalkan dia, dan gerejanya akan berkurang yang mengunjunginya.
BELAJAR DARI GEREJA MULA-MULA
Kalau kita baca kisah para Rasul-rasul, kelahiran dan pertumbuhan gereja-gereja sangat pesat, dalam hal kuantitas maupun kualitas iman jemaatnya. Dari kisah para Rasul tersebut mengenai pertumbuhan – pengembangan gereja dapat dicontoh bagi gereja sepanjang masa. Apa yang kita contoh dari perkembangan – pertumbuhan jemaat kisah Rasul memberi 2 (dua) hal:
Pertama            : Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gereja, dan
Kedua   : Faktor kepemimpinan yang baik.
Pada awalnya, demonstrasi kuasa Roh Kudus dalam setiap pewartaan Firman Tuhan adalah hal yang umum. Para Rasul dapat menyelesaikan semua masalah dengan mengandalkan kuasa Rohul Kudus, bukan dengan akal – pikiran – hikmat manusia, dan bukan karena kekuatan manusia. mereka dapat menyembuhkan orang-orang sakit, kerasukan setan, dan lain-lain. Yang sakit didoakan secara terus menerus dengan keyakinan yang penuh kepada Tuhan. Hasilnya semuanya terjawab,mereka sehat, dan dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik (Bad. KPR 3, 9, 14, dan 20). Bagi yang dipenjarakan karena mewartakan Firman Tuhan, mereka terus menerus berdoa, mereka tidak kunjungi jemaatnya yang dipenjara, mereka cukup didoakan ternyata mereka dilepaskan tanpa syarat. Kalau diperhatikan pola yang dipergunakan oleh Kisah Para Rasul ada 2 (dua) tokoh yang ditonjolkan, tokoh pertama ialah Petrus (KPR 1 s/d Pasal 12) yang orientasinya kepada gereja Yahudi yang pusatnya di Yerusalem. Tokoh kedua ialah Paulus (KPR 13 s/d 18). Faktor kedua tokoh ini sangat dominan pada kehidupan gereja zaman Rasul, kepemimpinannya luar biasa dalam pembangunan jemaat Kristen. jika kita lihat dari keterpanggilan Rasul Petrus, dia mulai sebagai murid Tuhan Yesus Kristus, sedangkan Paulus dimulai dari panggilan dan pertobatannya, yang mendapat perintah dari Tuhan Yesus Kristus. Kedua Rasul ini memiliki khas masing-masing, namun memiliki kisah pengorbanan yang istimewa. Petrus bersama Tuhan Yesus, berbagai tantangan, dan penderitaan telah dialami, dia diancam dan dimasukkan ke dalam penjara, berbagai kesulitan dia hadapi, namun karena kuasa Roh Kudus dia mampu bertahan. Rasul Paulus lebih banyak lagi mengalami penderitaan (dibanding dengan Rasul-rasul lainnya) Bad. 2 Korintus 11 … hidupnya sangat susah, tapi dia tetap tegar tahan menghadapi tantangan dalam amanah / tugas yang disampaikan oleh Yesus Kristus. Dia beberapa kali masuk penjara, disiksa dengan macam-macam penderitaan, dia tetap bersabar, dengan kekuatan dari Roh Kudus. Tugas-tugas pewartaan Firman Tuhan tidak terhalang dengan tidak bermaksud untuk menyombongkan diri. Rasul Paulus memberitahukan bahwa dirinya adalah murid yang terbaik dari guru yang terkenal pada masa itu “Gamaliel” (KPR 23:3), ia memiliki kemampuan manajerial yang sangat baik, dengan prestasinya paling banyak mendirikan jemaat. Rasul Paulus adalah guru yang terkenal, memiliki pengetahuan yang luas, cerdas, cakap, memiliki keterampilan yang luar biasa, rajin dan sungguh-sungguh dalam pelayanan. Paulus, Petrus tetap komit dalam tugas-tugas pewartaan Firman Tuhan, walaupun pemimpin-pemimpin agama mengultimatum mereka agar mereka menghentikan kegiatan pewartaan Firman Tuhan. (KPR 2:14; 4:10…) tapi karena kuasa Roh Kudus yang membimbing, menuntunnya, mereka tetap bersabar, walau banyak ancaman, penolakan, bahkan pembunuhan, tetap melaksanakan tugas-tugasnya dengan tidak takut, itu semua karena Roh Kudus bekerja di dalam kehidupan para Rasulnya Yesus Kristus.

III.          KESIMPULAN DAN PENERAPAN
a.             Dari uraian di atas, saya berpendapat bahwa teori yang disampaikan Peter Wagner, tentang pentingnya kuasa Roh Kudus dan kepemimpinan yang baik di dalam gereja sangat relevan untuk diterapkan. Beberapa gembala yang menerapkan strategi ini yang saya amati adalah “ Pdt. Niko Njotorahardjo, Pdt. Yesayas Pariadji, Pdt. Jacob Nahuway, Pdt. Timotius Arifin, Pdt. Alex Abraham, Pdt. Yusak Hadisiswantoro, Pdt. Stephen Tong, dll. Dikalangan pendeta Pantekosta dan Kharismatik pertumbuhan gereja sangat luar biasa. Beberapa penginjil juga yang datang ke Indonesia mengadakan KKR seperti Benny Hinn untuk mendemonstrasikan kuasa Roh Kudus. Para jemaat yang datang adalah bertujuan untuk jamahan Roh Kudus yang membuat banyak mukjizat kesembuhan. Oleh karena itu, saya mengajak para gembala yang sedang merintis jemaat (yang memulai pelayanan) supaya meminta kepada Tuhan “kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir setan-setan, melepaskan orang-orang dari kuasa kegelapan” (Matius 10:1). Menurut saya, hal itu menunjukkan suatu kerinduan dan kebutuhan sebab Tuhan sangat menghargai usaha-usaha yang sungguh-sungguh untuk meminta dari Tuhan (Lukas 11: 1-13).
b.           Bagi masyarakat Indonesia, pemimpin lebih berperan dari pada sistem. Hal ini juga berlaku di tempat tugas gereja, pada umumnya. Oleh karena itu teori Peter Wagner menyangkut pertumbuhan gereja dan menjalankan kepemimpinan yang baik untuk pertumbuhan dan pengembangan gereja masih relevan, dan keduanya harus berjalan beriringan.
c.           Menjadi pemimpin yang baik, tentu saja tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Setiap orang memerlukan proses menuju kepemimpinan yang baik, dan membutuhkan waktu dan kesempatan untuk mendewasakan kepemimpinan itu sendiri. Kita harus bersedia menerima tanggung jawab yang paling kecil, akan membuka peluang yang lebih besar. Bersamaan dengan tanggung jawab itu, kita memperoleh kuasa dari Tuhan, sehingga kita mampu untuk memimpin lebih baik. Seorang pemimpin yang baik akan berusaha untuk menjaga kepercayaan yang diberikan Tuhan kepadanya.
d.           Beberapa pendeta beraliran Pantekosta dan Kharismatis, yang melaksanakan demonstrasi kuasa dan kepemimpinan yang baik yang saya amati sebagaimana saya sebutkan tadi di atas, saya melihat paling tidak 2 (dua) hal yang ditonjolkan, pertama demonstrasi kuasa Roh Kudus dan kedua kepemimpinan yang berwibawa. Dalam pengamatan saya misalnya istilah minyak urapan, adalah sumbangan Gereja Tiberias dalam pelayanan gerejawi di Indonesia. Disamping itu, perjamuan kudus yang sudah lazim dilaksanakan, mendapat makna baru dengan penerapan perjamuan kudus di Gereja Tiberias minyak urapan, dan perjamuan kudus menjadi sarana kuasa ilahi dan tidak sekedar simbol atas karya Kristus bagi orang percaya.

IV.         PENUTUP
1.      Saya pikir ketokohan pimpinan gereja-gereja di Indonesia tidak jauh beda dengan ketokohan pemimpin gereja-gereja Barat. Akan tetapi nama-nama pemimpin gereja-gereja di Indonesia tenggelam oleh penganggapan tokoh-tokoh gereja Barat, dan mengurangi wibawa ketokohan pemimpin gereja-gereja di Indonesia. Mahasiswa Teologi/Kependetaan/PAK di Indonesia dengan gampang dan mudah mengingat nama-nama teolog Gereja Barat. Mungkin menyebut nama satu tokoh Gereja di Indonesia sangat sulit. Saya pernah memberi ceramah di salah satu PTT/AK tentang Keesaan Gereja di Indonesia. Saya menyebutkan nama Kiyai Sadrakh, dan saya bertanya kepada Saudara-saudara Mahasiswa yang sudah menyusun Skripsi S1 Teologi/Kependetaan, Mahasiswa tersebut dengan senyum, dan bangga menjelaskan kepada saya, tokoh Sadrack dalam kitab Daniel. Bagi saya selaku pernah menjadi Dosen, saya merasa bahwa teman-teman saya yang S2, S3 belum begitu akrab dan mengajarkan tokoh Kristen yang satu ini “Kiyai Sadrakh” adalah penginjil atau pewarta khabar baik di kalangan orang-orang Jawa, khususnya di Jawa Tengah. Dia bukan saja seorang tokoh/penginjil, dia juga penggerak dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pendidikan, serta penggerak ekonomi desa, untuk masyarakat di sekitarnya.


2.      Saya melihat bahwa Gereja-gereja Protestan di Indonesia sudah mempelopori teologi kontekstual, akan tetapi masih sebatas konseptual – abstrak, masih mempergunakan cara-cara/pola pikir Barat. Sebaliknya, teman-teman Pantekosta/Kharismatik yang berpikiran konkrit, tapi kurang menerima teologi kontekstual. Alangkah indahnya bila Gereja-gereja di Indonesia bisa menerima teologi kontekstual dan mengembangkan cara-cara berpikir konkrit dan praktis.
3.      sudah saatnya Gereja-gereja menghormati pendiri Gerejanya dengan mengabadikan nama dan perjuangannya dalam buku, patung, atau orang-orang berjasa secara istimewa dan bukan pengultusan. Yang patut kita kultuskan hanyalah Tuhan Yesus Kristus. Tapi murid-muridnya yang istimewa perlu di kenang tentang peran dan pemikirannya, maupun jasa-jasanya.


 
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.   Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus, Malang. Gandum Mas, 1982.
2.   Sutarman Soediman Partowadi, Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, Jakarta. BPK Gunung Mulia, 2001 dan C. Guillot, Kiai Sadrach Riwayat Kekristenan di Jawa, Jakarta. Gramedi, 1985.
3.      Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pantekosta, Yogyakarta. ANDI, 2008.
4.   Anton Wesseis, Arab dan Kekristenan. Gereja-gereja Kristen di Timur Tengah, Jakarta. BPK Gunung Mulia, 2001.
5.    Petrus Octavianus, Peran dan Pemikiran, Batu Malang. Dep. Literatur YPPII, 1998; Solusi Mengatasi Krisis Bangsa Indonesia, Batu Malang, Dep. Literatur YPPII, 2002; dan Mengapa Orang Kristen Menerima Pancasila Sebagai Satu-satunya Azas, Malang. Gandum Mas, 1985.
6.    DR. Jacob Tomatala, Kepemimpinan Kristen, Mencari Format Kepemimpinan Gereja yang Kontekstual di Indonesia, Jakarta, 2002; dan Pemimpin yang Handal, Pengembangan Sumber Daya Manusia Kristen Menjadi Pemimpin Kompeten, Jakarta, 2005.
7.        Hendrik Kraemer, From Missionfield to Independent Church; Report on Decisive Decade in The Growth of Indigenous Churches in Indonesia, The Hague: Boekencentrum, 1958.
8.  Douglas J. Elwood, Asian Christian Theology, Emerging Themes, Philadelphia: Westminster Press, 1980.
9.        David J. Bosch, Transforming Mission, New York. ORBIS Book, 1991.
10.   World Mission, A Compendium of The Asia Mission Congress, 1990.
11. Dewan Pertimbangan Presiden, Peranan Agama Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Jakarta, 2008.



Orasi Ilmiah oleh:
 
DR. Saur Hasugian, M.Th., D.D.
Dalam Rangka Wisuda VI STT Tiberias Jakarta
Tanggal 27 Nopember 2012