Kristen memang unik, karena keselamatan yang ada dalam Kristen berdasarkan anugrah Allah di dalam AnakNya Yesus yang mau datang ke dalam dunia dan mati bagi dosa manusia. Berbeda dengan beberapa kepercayaan yang menampilkan perbuatan baik sebagai dasar untuk memperoleh keselamatan. Tetapi apakah pada akhirnya perbuatan diabaikan karena sudah menerima anugrah dari Allah. Ini yang membuat sedikit rancu di dalam kekristenan. Apakah kekudusan tidak menjadi hal yang penting dalam menerima keselamatanan karena adanya anugrah. Bahkan banyak orang membandingkan bahwa hidup jaman Perjanjian Baru (anugrah) lebih enak dan mudah, karena saat kita berdosa atau jatuh dalam dosa, tidak penghukuman. Berbeda dengan jaman Perjanjian Lama yang kita lihat di Alkitab saat ada orang berdosa, dampak yang ditimbulkan sangatlah berat bahkan bisa sampai kepada kematian.
Apakah pada akhirnya Anugrah dan Kebenaran adalah suatu hal yang terpisah dan berdiri sendiri, ataukah menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Yoh 1:14-17 menyebutkan bahwa anugrah dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Hal ini memberikan kepada kita suatu pemahaman bahwa ternyata Yesus merupakan sumber anugrah dan kebenaran. Oleh sebab itu, kedua hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dipisahkan sama sekali.
Anugrah berbicara bagaimana Allah berperan memberikan kepada manusia keselamatan melalui Yesus, dan kebenaran berbicara bagaimana langkah manusia merespon anugrah Allah dengan melakukan kebenaran, yaitu dengan hidup di dalam kekudusan.
Mari renungkan Mat. 5:48: “Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu di surga adalah sempurna”. Kalau kita perhatikan baik ayat tersebut, kita mendapati bahwa ayat tersebut mengandung unsur perintah karena memakai kata “harus”. Artinya ada suatu perintah Yesus bagi kita untuk menjadi sempurna. Tetapi yang menjadi pertanyaan, bisakah manusia sempurna? Saya hanya mencoba memahami bahwa bukanlah tanpa maksud Yesus mengatakan hal ini. Karena kalau kita memperhatikan beberapa ayat sebelumnya, Yesus selalu membandingkan suatu “hukum yang baru”, yang Ia tetapkan, lebih mulia dibandingkan hukum Taurat Perjanjian Lama. Sebagai contoh Mat. 5:21, “kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum”. Disini Yesus menunjukkan bagaimana bunyi dari hukum Perjanjian Lama tentang jangan membunuh karena akan dihukum. Membunuh yang dimaksud PL menunjuk kepada tindakan pembunuhan yang menyebabkan orang mati. Tetapi coba kita lihat ayat 22 dari Mat. 5 yang mengatakan, “tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum . . .” Bayangkan apa yang Yesus katakan mengenai “hukum yang baru” akan ada hukuman jika kita marah. Dalam PL, kita bunuh sampai mati akan dihukum. Tetapi dalam hukum Yesus, belum sampai ada pembunuhan, hanya baru sekedar marah sudah ada hukuman. Begitupun dengan Mat. 5:27, 28, “kamu telah mendengar firman: jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”. Dalam hukum Taurat, sudah ada tindakan perzinahan dianggap berzinah, tetapi dalam PB, belum ada tindakan, tetapi baru hanya sekedar memikirkan, sudah dianggap berzinah. Begitupun dengan ayat-ayat selanjutnya. Ini yang saya coba mau katakan, bahwa apa yang Yesus perintahkan kepada kita dalam jaman anugrah, PB, bukan menjadikan tuntutan hukum menjadi berkurang, tetapi justru ada bobot yang lebih tinggi. Sehingga dari akhir Matius 5, Yesus mengatakan supaya kita harus sempurna. Sebab itu pandangan yang mengatakan bahwa PL lebih sulit dibanding PB, justru yang saya temukan, hidup dalam jaman PB lebih sulit dibandingkan jaman PL. Anugrah yang kita terima di jaman PB bukan menjadikan kualitas hidup manusia semakin menurun dan tambah bobrok, tetapi sebaliknya Yesus mengingkan suatu kualitas yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang hidup di jaman PL. Oleh sebab itu anugrah harus direspon manusia untuk hidup di dalam kebenaran dengan cara melakukan perintah Yesus, hidup dalam kekudusan. Karena tanpa kekudusan Alkitab berkata tidak ada seorangpun yang akan melihat Allah, artinya tidak bisa memandang Allah di surga.
Untuk kita dapat memahami apa yang saya maksudkan, mari kita lihat bersama Yoh. 8:2-11.
2
Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang
kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
3
Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
4
Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus:
"Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
5
Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan
yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
6
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu
untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di
tanah.
7
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu
berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
9
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi
seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan
perempuan itu yang tetap di tempatnya.
10
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di
manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
11
Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang."
Jadi berbicara anugrah, ia tidak berdiri sendiri tetapi harus berdampingan dengan kebenaran. Kita terima anugrah dari Yesus agar kita semua hidup dalam kebenaran, dalam kekudusan. Memang sangat berbeda apa yang ada di PL dan PB. Seakan-akan PL lebih sulit dibandingkan PB. Tetapi kalau kita mau jujur, justru hidup di dalam jaman PB lebih sulit dibandingkan jaman PL.
Ilustrasi ini membuat kita memahami apa yang saya maksudkan.
Seandainya saya orang yang kaya raya dan memberikan kepada saudara 2 mobil. Satu yang harga 100jutaan, dan yang satu lagi seharga 1 milyar. Bagaimana sikap saudara terhadap 2 mobil tersebut, sama atau berbeda? Perawatan yang harus saudara lakukan terhadap 2 mobil tersebut lebih mahal mana dan lebih sulit mana? Mungkin kita akan katakan, yang 1 milyarlah yang akan kita perlakukan secara khusus, biaya perawatan lebih mahal dan lebih sulit.
Saya mau katakan bahwa anugrah yang kita terima dengan ‘darah Yesus” bukanlah murahan sekalipun kita menerima secara gratis. Hal tersebut sangatlah mahal, bahkan Alkitab gambarkan melebihi emas dan perak. Otomatis saat kita menerima sesuatu yang mahal, perlakuan kita akan berbeda, ada perawatan yang lebih sulit, ada harga yang lebih mahal yang harus kita kerluarkan. Jadi cara hidup kita, akan berbeda sebelum dan sesudah kita menerima yang mahal itu. Seharusnya demikianlah kekristenan. Kekristenan ada karena anugrah Allah yang mahal melalui darah Kristus. Seharusnya kekristenan dapat menampilkan pola hidup, moral yang lebih baik dari agama manapun. Karena orang yang berkata saya Kristen sudah menerima anugrah yang sangat mahal, sehingga cara perlakuan kita akan berbeda sebelum dan sesudah menerima yang mahal itu dengan hidup di dalam kebenaran, yaitu kekudusan.
Bersyukurlah atas anugrah besar dari Allah dengan jalan hidup kudus sesuai perintahNya: "kuduslah kamu sebab Aku kudus!
Tuhan memberkati