Entri Populer

Kamis, 05 Juni 2014

GTI - MINYAK URAPAN

Sejak berdirinya pelayanan Tiberias tanggal 22 Mei 1988 dan menjadi sebuah gereja secara organisasi pada tanggal 17 Agustus 1990 sampai dengan hari ini, selalu saja tidak lepas dari sorotan banyak orang, terutama mengenai ajaran minyak urapan. Memang jika kita perhatikan bahwa dalam setiap ibadah, bahkan dalam semua pelaksanaan sakramen gereja Tiberias, minyak urapan selalu ada. Hal ini membuktikan bahwa memang minyak urapan merupakan suatu sarana penting dalam setiap pelaksanaan sakramen di Tiberias, baik itu Perjamuan Kudus, Baptisan Selam, Perkawinan, Penyerahan Anak, maupun Penguburan. Ini membuktikan bahwa minyak urapan mengambil peranan sentral dalam ibadah2 yang dilakukan oleh gereja Tiberias.
Hal inilah yang memunculkan banyak pertanyaan, apakah penggunaan sarana minyak urapan dalam setiap ibadah gereja Tiberias sesuai dengan Alkitab? Apakah minyak urapan yang digunakan oleh Gereja Tiberias di masa sekarang sama dengan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa dalam kitab Keluaran? Apakah penggunaan minyak urapan, bisa dijadikan sarana dalam pelayanan kuasa seperti halnya yang dilakukan oleh Tiberias? Itulah kira2 yang akan saya bahas dalam tulisan saya berikut ini, berkaitan dengan penggunaan minyak urapan di gereja Tiberias yang diajarkan oleh Gembala Sidang, Pdt. DR. Yesaya Pariadji.

I. Pendahuluan
Pdt. DR. Yesaya Pariadji menerima perintah Tuhan untuk menggunakan minyak urapan sebagai sarana pelayanan kuasa, sewaktu beliau diperlihatkan sebuah tulisan di langit, dimana dengan minyak urapan, beliau akan menyatakan kuasa Allah di dalam pelayanannya seperti menyembuhkan penyakit, mengusir setan, dsb. Berbeda dengan perintah untuk membuat visi misi Tiberias, yang beliau terima saat secara roh diangkat ke sorga.
Dalam sebuah tulisan di langit itulah yang menjadikan dasar Pdt. DR. Yesaya Pariadji melakukan pelayanan (kuasa), yang menjadi ciri pelayanan gereja Tiberias. Karena itu dalam setiap pelayanan yang beliau pimpin, penggunaan minyak urapan selalu ada dan dilakukan. Kritikan disana sini muncul dikarenakan, banyak orang yang menganggap bahwa apa yang beliau lakukan tidak sesuai dengan Alkitab. Alkitab tidak menjelaskan secara detail tentang penggunaan minyak urapan untuk hal2 demikian. Memang sulit kita menemukan data2 untuk melihat secara komprehensif penggunaan minyak di urapan di ibadah Tiberias dalam toko2 buku. Oleh sebab itu, saya tuliskan ini. Supaya paling tidak saudara yang tidak berjemaat di gereja Tiberias mempunyai suatu pandangan baru tentang pelayanan yang dilakukan gereja Tiberias, secara khusus dalam penggunaan minyak urapan.

II. Dasar Menurut PL
Dalam Kel. 30:22-31 kita akan menemukan sebuah tulisan tentang minyak urapan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk dilakukan dan dibuat, dengan suatu maksud tertentu. Misalnya, menguduskan kemah suci dan segala perabotannya (Kel. 40:9). Yang menjadi masalah selanjutnya adalah, apakah minyak urapan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk dibuat, sama dengan yang digunakan gereja Tiberias sekarang ini? Sebab dalam Kel. 30:22 menuliskan tentang ketetapan Taurat dalam pembuat minyak urapan. Sehingga seringkali pertanyaan muncul dari berbagai kalangan, dengan mempertanyakan minyak urapan yang digunakan gereja Tiberias. 
Kel 30:22-31, Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin. Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus. . . . Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun.
Saat seseorang membaca ayat ini, akan muncul pertanyaan bahwa bagaimana dengan yang biasa digunakan di Tiberias? Karena Tuhan menetapkan bahwa minyak urapan dibuat dari campuran beberapa bahan yang diolah menjadi satu, termasuk di dalamnya minyak zaitun. Pertanyaannya, bagaimana mungkin minyak urapan yang digunakan di Tiberias adalah minyak urapan, karena Tiberias tidak mencapur bahan-bahan tersebut untuk membuat minyak urapan. Yang dipergunakan oleh hamba Tuhan di Tiberias adalah minyak zaitun, sedangkan dalam Alkitab, minyak zaitun merupakan salah satu campuran untuk membuat minyak urapan.
Inilah yang menjadi titik pertanyaan banyak orang saat mempertanyakan tentang pengertian minyak urapan menurut gereja Tiberias. 

Di dalam kehidupan orang Israel, Taurat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan mereka. Bukan hanya 10 Hukum, tetapi juga Taurat mengatur kehidupan peribadatan orang Israel dan kehidupan sosial mereka. Salah satunya tentang ketetapan minyak urapan. Sebab itu tidak heran orang Israel membuat minyak urapan seperti yang dituliskan dalam Keluaran tersebut, karena mereka memegang teguh hukum dan terikat kepadanya.
Tapi perlu kita pahami, seperti yang tertulis dalam Mat. 5:17, Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Arti kedatangan Yesus ke dalam dunia ini adalah menjadi penggenap dari apa yang dilakukan orang Israel yang berada di bawah hukum Taurat. Tidak heran, tata cara peribadatan orang yang telah menerima Yesus berbeda dengan yang masih dibawah hukum Taurat Perjanjian Lama. Termasuk juga dalam pembuatan dan pemakaian minyak urapan, yang dahulu diatur dalam Taurat, saat ini kita bisa mempergunakan "minyak zaitun" menjadi minyak urapan, karena kita menyerahkan minyak zaitun tersebut di dalam nama Yesus, dimana Yesus sudah menggenapi keseluruhan Taurat.
Sama seperti hal saat Yesus mengadakan Perjamuan Paskah bersama murid2Nya sebelum disalibkan. Sebenarnya perjamuan tersebut merupakan perjamuan biasa yang setiap tahun harus mereka adakan untuk mengingat perbuatan Allah dalam kehidupan orang Israel saat dilepaskan dari tangan Firaun melalui tulah kesepuluh dengan kematian anak sulung. Tetapi Yesus membawa makna baru perjamuan tersebut karena saat perjamuan itu, Yesus mengangkat roti dan menyatakan bahwa, "inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu . . ., dan juga mengangkat cawan dan berkata, cawan inilah adalah perjanjian baru yang diserahkan bagi kamu". Berarti ada suatu makna yang baru yang Yesus berikan kepada murid2Nya, sekalipun itu sesuatu yang biasa mereka lakukan secara turun temurun.
Jadi minyak zaitun yang diserahkan dalam nama Yesus bisa kita pergunakan sebagai minyak urapan, sebab memang nama Yesus mewakili semua "kebijakan hukum Taurat". Tetapi bagi orang yang tidak menerima Yesus, mereka akan tetap melakukan ketentuan seperti kitab Keluaran dalam pembuatan minyak urapan. Inilah yang membedakan kita yang berada di dalam kasih karunia Yesus, dengan yang berada dibawah Taurat. Mereka yang tetap di bahwa hukum Taurat, tetap harus melakukan seperti Kel 30 untuk membuat minyak urapan.

III. Dasar Menurut PB
Jika kita pelajari memang kita tidak akan menemukan perintah langsung Yesus untuk menggunakan minyak saat mendoakan orang sakit. Adapun ayat PB yang bisa kita lihat tentang penggunaan minyak tersebut yaitu dalam Mrk. 6:12-13, Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Serta Yak. 5:14, Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. 
Jika kita menggali lebih jauh, memang tidak akan ditemukan perintah langsungnya, hanya saja kita dapat melihat lebih dalam ayat di atas, dimana murid2 mendoakan orang sakit dengan minyak dan terjadilah kesembuhan disana. Sehingga muncullah pernyataan karena tidak adanya perintah langsung Yesus untuk mendoakan orang sakit dengan minyak, kenapa kita harus mendoakan menggunakan minyak? Dan juga apakah minyak yang dipakai murid2 adalah minyak urapan seperti PL atau minyak lain? 
Saat saya merenungkan kisah ini, sayapun bertanya2. Bagaimana mungkin murid2 bisa mendoakan orang sakit dengan minyak jika tidak ada yang memerintahkan mereka? Saya mempunyai pemikiran demikian. Pertama, perhatikan bahwa konteks ayat ini beribacara tentang Yesus yang mengutus murid2Nya untuk memberitakan Injil. Mereka sebenarnya adalah orang2 yang tidak memahami dunia pelayanan karena dahulu profesi mereka adalah nelayan, pengumut cukai, dsb. Tetapi saya meyakini, ada suatu waktu, yang tidak dituliskan Alkitan, dimana murid2 Yesus diajar untuk menggunakan minyak dalam pelayanan mendoakan orang. Karena seorang murid pasti mencontoh atau meneladani apa yang Sang Guru lakukan. Tidak mungkin mereka melakukan pelayanan asal, tanpa adanya orang yang mengajar mereka untuk melayani, yang dalam hal ini adalah Yesus. Kedua, kalaupun kita berkesimpulan bahwa Yesus tidak mengajarkan kepada mereka tentang penggunaan minyak dalam pelayanan, berarti bisa dipastikan bahwa penggunaan minyak untuk mendoakan orang sakit sudah menjadi sesuatu yang lazim dilakukan pada masa itu. Sekalipun tidak ada tulisan yang langsung menyebutkan perintah tersebut. Karena memang Alkitab bukanlah suatu buku biografi lengkap yang menceritakan secara terperinci tentang kehidupan Yesus. Seperti hal saat kita melihat seseorang sedang melipat tangannya, tunduk kepala, tutup matanya; kita pasti punya anggapan bahwa orang tersebut sedang berdoa. Sekalipun kita tidak menemukan perintah langsung di Alkitab, kalau mau berdoa kamu harus melipat tangan, tutup mata, tunduk kepala. 
Alkitab juga memberikan keterangan kepada kita bahwa minyak yang digunakan oleh murid2 dalam Mrk 6:13 dan Yak 5:14, yaitu minyak zaitun, yang berasal dari bahasa Yunani elaion. Itu sebabnya sampai saat ini gereja Tiberias mempraktekkan pelayanan kuasa menggunakan minyak zaitun yang sudah didoakan dalam nama Yesus Kristus. Dan Tiberias membuktikan dengan banyaknya mujizat yang terjadi dalam setiap pelayanannya. 
Begitu juga, ada sebuah pertanyaan; kenapa Tiberias melakukan pelayanan menggunakan minyak urapan dengan cara diminumkan? Padahal Alkitab juga jelas menuliskan untuk mengoleskan kepada orang sakit. Mungkin jika membahas secara terperinci maka akan panjang sekali tulisan ini. Tetapi cobalah kita merenungkan apa yang terjadi dalam Kis. 19:11-12, dimana dengan saputangan Paulus, dapat menyebabkan terjadinya mujizat dalam kehidupan orang2 Efesus. Coba bayangkan, darimana mereka menerapkan pelayanan yang demikian, sedangkan kita tidak menemukan Yesus menyembuhkan dengan menggunakan saputangan. Dan sesudah Yesuspun, tidak ada rasul2 lain menerapkan ajaran tersebut dalam pelayanan mujizat. Tentu ini lahir dari respon iman mereka dalam melihat pelayanan Paulus. Sama halnya yang terjadi di Tiberias, dimana jemaat Tuhan dengan langkah iman, meminum minyak urapan dari Tiberias, yang diimani dapat menyembuhkan penyakitnya. Dan terjadilah kesembuhan sesuai dengan imannya. Artinya memang gereja tidak mengajarkan untuk meminum pada mulanya, tetapi karena sebuah kesaksian jemaat, sehingga membentuk pola pelayanan yang demikian. Apakah itu menyalahi Alkitab? Saya rasa tidak, sebab memang iman kita kepada Yesus dalam mempercayakan pelayanan itu kepada hamba2Nya dapat melahirkan mujizat, dan bahkan yang belum pernah Yesus lakukan sebelumnya seperti kisah sapu tangan Paulus.  

IV. Kesimpulan
Gereja Tiberias diperintahkan oleh Yesus untuk mengembalikan kuasa yang besar di akhir zaman, seperti jaman gereja mula2. Memang betul mujizat bukan satu2nya standar kebenaran sebuah gereja, karena mungkin bagi banyak orang Kristen juga menganggap bahwa iblispun dapat melakukan mujizat. Tetapi apakah karena iblis dapat melakukan mujizat, maka semua mujizat dianggap berasal dari iblis? Semua mujizat semula dikerjakan oleh Allah, tapi iblis meniru apa yang menjadi pola kerja Allah untuk memperdaya manusia. Semua tokoh Alkitab, hampir 95% mempunyai ciri pelayanan dalam pelayanan mujizat. Apalagi kalau kita pelajari tentang pelayanan Yesus. Yesus dalam pelayanannya selalu melakukan mujizat. Tanda mujizat yang Dia lakukan untuk memberitahu kepada banyak orang bahwa Dia adalah Mesias (Yoh 20:30-31). Bukan berarti kita katakan Yesus berasal dari iblis karena melakukan mujizat. Tapi justru dengan mujizat yang Dia lakukan, orang mengenal bahwa Dia adalah Mesias yang datang dari Allah. Seperti halnya apa yang dilakukan Tiberias, diperlengkapi oleh Allah dengan pelayanan mujizat supaya orang mengetahui bahwa pelayanan yang dilakukan Pdt. DR. Y. Pariadji berasal dari Allah, dan beliau mempunyai tugas membawa kita menjadi warga Sorga. Firman harus dibuktikan, bukan sekedar kata2, tapi kuasa. Dan Gereja Tiberias melakukannya serta membuktikan dalam setiap pelayanannya.
Tuhan memberkati.

Rabu, 14 Mei 2014

GEREJA TIBERIAS INDONESIA - Panggilan dan Seruan Pertobatan

Kehadiran Gereja Tiberias di tengah masyarakat Indonesia membawa warna baru dalam dunia pelayanan. Sebab sejak kemunculannya membuat banyak fenomena di tengah pelayanan Kristen di Indonesia. Mulai dari panggilan khusus gembala sidangnya, dengan perkataan yang sering diucapkan; "saya diperintahkan Tuhan . . ., saya dipaksa menjadi pendeta . . ., saya ditugaskan mengembalikan kuasa minyak anggur", dst. 
Saya sebenarnya termasuk orang yang cukup tidak sejalan (awal mulanya), apalagi saya memiliki orang tua yang boleh dikatakan sangat fanatik dengan pelayanan gaya Tiberias, yang membuat kita sering berselisih paham dalam model pelayanan yang dilakukan. Tetapi seiring berjalannya waktu dan terutama saat saya mempelajari kembali tentang sejarah gereja, serta ikut bergabung dalam pelayanan bersama gembala sidang Tiberias, Pdt. DR. Yesaya Pariadji, membuka mata saya bahwa ternyata apa yang disampaikan oleh beliau adalah suatu kebenaran yang ada juga di dalam Alkitab. 
Pembahasan yang coba saya tuangkan disini nantinya akan cukup panjang, oleh sebab itu saya membagi menjadi beberapa bagian. Dengan harapan orang banyak tahu tentang apa yang sebenarnya gereja ini lakukan dan dasarnya apa. Dan semoga bagi yang ingin belajar, bisa mendapatkan sesuatu dari tulisan ini. Tetapi jika yang dituliskan disini tidak disukai, maafkanlah saya. Karena saya tidak bisa menyenangkan semua orang, sama seperti Yesus tidak bisa menyenangkan semua orang. Apa yang saya tuliskan semata2 karena Roh Kudus yang memberikan pengertian tentang pelayanan gereja Tiberias.

Pendahuluan
Saya meyakini bahwa saat ini kita sedang hidup di masa akhir jaman, dimana kita menantikan kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya. Semakin mendekati waktu kedatanganNya, iblis berusaha membinasakan banyak orang. Oleh sebab itu cara iblis membinasakan orang percaya dengan mengirim banyak penyesat ke dalam gereja. Kenapa gereja? Karena tidak perlu iblis menyesatkan yang sudah tersesat yang ada di luar gereja, karena gereja merupakan kumpulan orang percaya; maka gerejalah yang menjadi target utama iblis dalam penyesatan. Dalam melakukan penyesatan, iblis menyamar seperti malaikat terang, karena dengan demikianlah dia akan diterima oleh warga gereja. Jika ia menampakkan wujud aslinya kepada kita, sudah barang tentu kita akan meninggalkannya. Oleh sebab itu kita harus menguji tiap2 orang yang mengaku sebagai "hamba Tuhan" tapi sebenarnya bukan datang dari Tuhan.
2 Pet 2:1-3 jelas menuliskan, bahwa sejak zaman PL sudah bermunculan nabi palsu (zaman itu tidak ada gelar pendeta), dan jaman PB ada guru palsu (para pengajar Alkitab); sehingga jangan heran kalau jaman sekarang bermunculan hamba Tuhan palsu. Hamba Tuhan palsu tampil di tengah gereja, di tengah kumpulan orang percaya, karena demikian juga yang terjadi di jaman PL dan PB. Hal inilah yang menbuat kita harus menguji, apakah hamba Tuhan tersebut datang dari Tuhan atau tidak.
Seperti halnya saya pernah ditanya oleh seorang anak muda dari kota Sulawesi, dengan menceritakan "ada seorang hamba Tuhan, dia berkata dapat mimpi dari Tuhan untuk membuat ramuan dari campuran beberapa bahan. Ramuan ini sanggup menyembuhkan berbagai macam penyakit, termasuk HIV. Tapi syaratnya tidak boleh minum obat dan tidak boleh terima minyak lagi. Ditambahkan, bahwa bahan ramuan ini Tuhan minta kepadanya untuk dirahasiakan, tidak boleh ada seorangpun yang tahu". Saya bertanya, apakah ada dasar Firmannya? Kalau tidak ada, hendaklah waspada, karena siapa tahu itu bentuk penyesatan model baru. Seperti hal juga saya menghadapi kasus dimana seorang mahasiswa saya menceritakan, bahwa ada seorang hamba Tuhan mengaku mempunyai karunia "mengubah air menjadi anggur seperti Yoh 2, dan akhirnya air putih tersebut dipakai untuk perjamuan kudus". Pertanyaan saya simple kepada yang bertanya kepada saya tentang hal tersebut, air putihnya berubah jadi anggur tidak? Jawabnya, tidak. Saya katakan bahwa Yesus benar2 merubahnya. Jika dasar tersebut dipakai untuk melakukan perjamuan dengan air putih karena bisa dirubah menjadi perjamuan kudus yang adalah tubuh dan darah Yesus, saya katakan itu penyimpangan dan mungkin penyesatan. Karena sekalipun Yesus sanggup mengubah air putih menjadi anggur, tetapi Dia tidak melakukannya saat akan perjamuan bersama murid2Nya. Bahkan Dia perintahkan murid2Nya untuk persiapkan perjamuan paskah,myang artinya beli roti dan anggur. 
Lalu pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan Tiberias. Gereja Tiberias berdiri karena adanya panggilan khusus Pdt. DR. Yesaya Pariadji untuk mendirikan gereja yang penuh kuasa, dimana beliau selalu katakan bahwa saya diperintahkan Tuhan, melewati suatu pengalaman rohani. Apakah gereja ini benar, dsb? Muncul banyak pertanyaan. Sama seperti suatu ketika penulis ditanya oleh beberapa teolog. Bahwa darimana kamu (saya) tahu bahwa apa yang disampaikan pak Pariadji benar, beliau diundang ke surga (memang kamu ikut ke surga), beliau diperintahkan Tuhan (memang kamu dengar juga perintahnya), jangan2 itu dibuat2 untuk terlihat spektakuler, dsb. Jawaban saya simple tentang hal ini, bahwa masing2 kita punya pengalaman "pribadi" bersama Tuhan, yang berbeda2 satu dengan yang lainnya. Tapi untuk menguji apakah pengalaman itu benar dari Tuhan atau tidak, kita harus uji dengan Firman. Karena itulah standar dan utama dalam kebenaran.

Panggilan Khusus
Secara khusus Tuhan memanggil Pdt. DR. Yesaya Pariadji untuk mendirikan gereja Tiberias dimana pelayanannya akan disertai penuh kuasa. Banyak yang bertanya2, kenapa harus pak Pariadji yang dipilih, kenapa harus dipaksa? Bahkan seorang pendeta pernah berkata, kalau ada hamba Tuhan mengatakan saya dipaksa Tuhan jadi pendeta, itu bentuk pembodohan, dsb. Saya rasa Tuhan punya hak dan cara untuk memanggil seseorang menjadi perpanjangan karya Allah di bumi.
Pertama Musa, bagaimana Musa "dipaksa" Tuhan untuk membebaskan orang Israel dari tangan Firaun. Bahkan sampai Musa menawarkan Harun saja yang Tuhan pakai, tetapi tetap Tuhan memilih Musa. Kedua, Amos. Dimana sebenarnya dia bukan nabi, tapi hanya peternak dan petani (Am 7:14), tapi Tuhan perintahkan dia untuk menjadi nabi dan menyampaikan pesan Tuhan. Ketiga, Yunus. Dimana Yunus sampai hampir berurusan dengan maut karena menolak panggilan Tuhan untuk memberitakan pertobatan ke Niniwe. Keempat, Paulus. Dimana Paulus orang yang tidak kenal Tuhan pada mulanya, bahkan penganiaya orang Kristen. Tapi Tuhan pilih dia menjadi alat bagi kemuliaanNya. Artinya memang kita tidak pernah tahu, kenapa Tuhan pilih Pdt. DR. Yesaya Pariadji yang bukan Kristen, yang tidak kenal Tuhan dari mulanya, tetapi dipanggil khusus untuk berkarya bagi Dia. Itu semua merupakan hak prerogatifnya Allah, dimana Dia sendiri punya hak untuk memilih orang untuk dipakai sebagai kawan sekerjaNya (Yes 65:1). Mungkin jawaban yang simple ini memberikan kita pandangan baru, bahwa kalau sampai ada seseorang yang dipilih Tuhan dan dipaksa untuk menjadi alat bagi karyaNya, berarti orang tersebut special di mata Tuhan. Sama halnya, kenapa harus kita yang diselamatkan? Kenapa tidak keluarga kita yang lain yang tidak menerima Dia? Mungkin jawaban sederhananya, karena anda dan saya adalah orang yang special di mataNya.
Oleh karena itu kita tidak bisa membatasi kenapa Tuhan harus memilih seseorang, bahkan harus dipaksa meneruskan karya Allah di bumi. Itu semua adalah hakNya. 

Perintah Menyerukan Pertobatan
Saat perjumpaan dengan Yesus, saat diundang ke Sorga, Pdt. DR. Yesaya Pariadji diperintahkan dengan suatu perkataan, "Pariadji, kamu belum saatnya mati, kembalilah ke bumi untuk menyerukan bahwa manusia harus hidup yang suci: suci pikirannya, perkataannya, perbuataannya, untuk dipersiapkan menjadi jemaat yang kudus, yang dipersiapkan masuk ke Sorga". Dari perintah inilah lahir visi misi gereja Tiberias dalam sebuah rumusan kalimat Mempersiapkan Jemaat Yang Kudus, Misionaris dan Siap ke Sorga. Tidak heran sejak berdirinya gereja ini, secara konsisten Pdt. DR. Yesaya Pariadji menyerukan tentang kekudusan, dimana kekudusan sebuah hal yang penting untuk membawa kita ke sorga. Maz. 24:3-5 jelas mengatakan kepada kita, bahwa orang2 yang bisa menghadap Tuhan dan masuk ke dalam TempatNya, adalah orang2 yang menjaga kekudusan. Dalam Ibr. 12:14 juga mengatakan hal yang sama, dimana tanpa kekudusan, tidak ada seorangpun yang akan melihat Allah, artinya masuk sorga.
Tetapi banyak orang berfikir bahwa kita tidak akan pernah bisa selamat dengan perbuatan baik, tapi karena anugrah Allah. Saya katakan, 100% betul. Tetapi pertanyaannya adalah, apa yang kita lakukan setelah kita menerima anugrah? Anugrah Yesus nyatak kita terima melalui korban tubuh dan darahNya, yang kita terima juga dalam Perjamuan Kudus. Tetapi kenyataannya, Banyak orang menyalahgunakan anugrah untuk hidup seenaknya, sehingga Paulus harus menuliskan dalam Rm. 6:14-16 bahwa anugrah bukan untuk mengijinkan kita berbuat dosa, tetapi justru karena anugrah, kualitas hidup kita menjadi lebih baik lagi, dibandingkan orang2 yang hidup dalam jaman Taurat. Itulah yang Yesus jelaskan dalam Mat 5:21-48, dimana Dia membuat suatu hukum yang baru, hukum Grace (penekanan saya), dimana target Yesus, kita mencapai kesempurnaan. Hukum Grace justru jika pahami dengan benar, lebih sulit, lebih susah, lebih ribet dibandingkan hukum Taurat PL. Tetapi kabar baiknya bahwa kita dimampukan oleh Roh Kudus untuk hidup di dalamnya. 

Kesimpulan
Apa yang diperkatakan dalam mimbar Tiberias tentang panggilan Tuhan kepada Pdt. DR. Yesaya Pariadji dan perintah tentang kekudusan, semua itu terdapat dalam Alkitab, sehingga kesimpulan saya bahwa apa yang disampaikan dalam mimbar Tiberias bukan bentuk penyimpangan, tetapi justru sesuatu yang Alkitabiah. Karena target gereja ini membawa kita ke dalam tujuan akhir hidup kita setelah mati, yaitu sorga. 
Pembahasan tentang yang lain, akan saya tuliskan dalam bagian yang berbeda. Kiranya berkat Allah dalam AnakNya Yesus Kristus, melimpah atas kita.