Entri Populer

Senin, 03 Juni 2013

Tanggapan Petisi Kepada Pdt DR Yesaya Pariadji

Shalom,

Akhir2 ini ramai dibicarakan di dunia maya tentang Petisi yang ditujukan kepada Pdt DR Yesaya Pariadji yang dimuat di situs Kompasiana.com. Banyak pertanyaan yang masuk kepada saya secara khusus tentang kebenaran hal tersebut. Karena itu saya membuat tulisan atas setiap pertanyaan yang ditujukan kepada saya. Berikut saya copy paste isi dari petisi tersebut dalam alamat situs http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/29/petisi-kepada-pdt-yesaya-pariadji-gembala-sidang-gereja-tiberias-indonesia-564007.html.
PETISI KEPADA PDT YESAYA PARIADJI GEMBALA SIDANG GEREJA TIBERIAS INDONESIA
Dengan ini kami, Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan, menyatakan bahwa setelah mengamati dinamika dan sepak-terjang Pdt Yesaya Pariadji selaku Gembala Sidang Gereja Tiberias Indonesia (GTI), serta merenungkan ajaran-ajarannya yang tertulis pada Buletin GTI, menyatakan sebagai berikut: 
1. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan sejati karena sangat suka mengutuk orang-orang lain di mimbar GTI. Kutuknya juga sangat keji, seperti “lumpuh”, “ditabrak kereta”, “perutnya disobek-sobek pisau bedah”, dan lainnya. Padahal, Tuhan dalam ajaran-ajaran-Nya yang tertulis di Alkitab justru mengajar kita untuk mengasihi sesama manusia, termasuk musuh atau lawan kita.
2. GTI bukanlah gereja yang benar, karena orang-orang yang bersaksi mengalami mukjizat Tuhan harus selalu menyebut nama Pdt Yesaya Pariadji, meskipun orang itu sendiri tidak didoakan oleh Pdt Yesaya Pariadji. Dengan demikian nampak bahwa GTI sangat mengultuskan Pdt Yesaya Pariadji. Padahal, tidak ada satu pun yang boleh ditinggikan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri.
3. Pdt Yesaya Pariadji dan GTI telah menerbarkan fitnah keji selama lebih dari setahun belakangan, khususnya terhadap Pdt Josua Tumakaka (mantan pendeta GTI, yang kemudian mengundurkan dari GTI) yang dituduh menjalin hubungan perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul. Didasarkan hal itu pula GTI telah lebih dari setahun menyebut-nyebut ”pendeta setan” di dalam Buletin GTI, yang ditujukan kepada Pdt Josua Tumakaka, meskipun nama Josua Tumakaka sendiri tidak disebut-sebut secara eksplisit.
4. GTI bukanlah gereja yang benar, karena di tengah ibadah Minggu, ada orang-orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi dusta untuk mendiskreditkan Pdt Josua Tumakaka sebagai ”pendeta setan”. Padahal, seharusnya setiap kesaksian bertujuan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan tidak memojokkan pihak-pihak manapun.
5. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan yang benar, karena ajaran-ajarannya di mimbar maupun di Buletin GTI lebih didasarkan pada pengalaman-pengalaman supranatural dan halusinasi-halusinasinya yang sangat subyektif dan sama sekali tidak ada rujukannya dalam Alkitab. Sebagai contoh, Pdt Yesaya Pariadji mengaku-ngaku sebagai Juru Bicara Surga, Gembala Sidang Yerusalem Baru, memiliki Roh Martir, mendapat SK dari Langit, diajar Yesus langsung, mengajar tentang pemulihan kuasa Perjamuan Kudus, mengajar tentang kuasa Minyak Urapan, dan lain sebagainya.
Didasarkan pada hal-hal tersebut (yang sebenarnya masih banyak lagi), maka dengan ini kami secara tegas menyatakan bahwa kami siap dan tidak segan-segan untuk melawan pelbagai bentuk kesesatan yang bersumber dari Pdt Yesaya Pariadji dan GTI. Kami akan menyebarluaskan PETISI ini kepada pihak-pihak yang terkait di seluruh Indonesia, baik secara tercetak maupun elektronik.
Jakarta, 28 Mei 2013
Kami yang membuat PETISI ini:
Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan

Tembusan:
1. Pimpinan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
2. Pimpinan PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia)
3. Pimpinan PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia)
4. Pimpinan Gereja Bala Keselamatan
5. Pimpinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh 

6. Pimpinan Gereja Ortodox Indonesia7. Pimpinan GGBI (Gabungan Gereja Babtis Indonesia)

Jika dicermati dengan seksama pembuat petisi ini bernama Poetry Gusti, seorang aktivis LSM isu-isu perempuan. Dari pembuat petisi ini kurang jelas mencantumkan identitasnya. Dan menjadi pertanyaan juga, apakah hubungan aktivis LSM mengenai isu-isu perempuan membuat petisi tentang gereja? Lalu juga forum Persaudaraan Umat Kristen Melawan Kesesatan apakah memang benar2 ada, atau hanya nama yang dibuat? Jadi sumbernya kurang lengkap dan jelas.

Saya mencoba membahas satu-persatu tulisan dari petisi di atas.
1. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan sejati karena sangat suka mengutuk orang-orang lain di mimbar GTI. Kutuknya juga sangat keji, seperti “lumpuh”, “ditabrak kereta”, “perutnya disobek-sobek pisau bedah”, dan lainnya. Padahal, Tuhan dalam ajaran-ajaran-Nya yang tertulis di Alkitab justru mengajar kita untuk mengasihi sesama manusia, termasuk musuh atau lawan kita. 
Tanggapan saya
Pdt Pariadji tidak pernah memakai kata "saya mengutuk", tetapi lebih kepada apa yang pernah beliau alami di saat belum bertobat harus mengalami tegoran Tuhan yang keras sehingga bertobat. Hal ini bukan berarti kutuk. Tetapi seperti yang Yesus lakukan terhadap orang yang Dia kasihi harus melewati teguran dan hajaran agar bertobat. Mengingat sifat manusia akibat dosa, suka mengalami pemberontakan, maka Allah harus memakai cara menegur bahkan menghajar untuk membuat orang kembali kepada jalanNya. Apa yang Alkitab perlihatkan kepada kita, sekalipun Yesus lembut dan mengajarkan kepada kita untuk mengasihi musuh-musuh, tetapi ada saat dimana Yesus keras terhadap orang2 yang menyesatkan anak2 (Mat. 18:6,7 - celakalah penyesat), terhadap ahli Taurat. Artinya mereka2 yg sudah tahu firman, tapi tidak menjadi pelaku firman, malah melakukan penyesatan kepada orang yang lemah. Kerinduan beliau agar semua orang diselamatkan, sama dengan kerinduan Yesus. Oleh sebab itu terkadang hajaran dapat menjadi cara ampuh untuk mengingatkan manusia untuk kembali kepada jalanNya

2. GTI bukanlah gereja yang benar, karena orang-orang yang bersaksi mengalami mukjizat Tuhan harus selalu menyebut nama Pdt Yesaya Pariadji, meskipun orang itu sendiri tidak didoakan oleh Pdt Yesaya Pariadji. Dengan demikian nampak bahwa GTI sangat mengultuskan Pdt Yesaya Pariadji. Padahal, tidak ada satu pun yang boleh ditinggikan selain Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Tanggapan saya:
Sebagai salah satu pendeta di Tiberias harus diakui bahwa saya bisa mengerti ajaran yang ada di gereja ini karena saya menerima dari Pdt Pariadji. Mengembalikan kuasa minyak dan anggur belum pernah saya temui di gereja manapun dan dalam sejarah gereja sekalipun. Sehingga dalam pelayanan minyak anggur yang diterapkan memang harus diakui karena sosok Pak Pariadjilah, saya bisa meneruskannya kepada jemaat yang lain. Beliau sendiri selalu berkata saya diajar langsung Tuhan, bukan saya. Sehingga memang karena adanya transfer roh (kuasa) yang diberikan Tuhan Yesus kepada beliau bisa saya terima.
Di Tiberias hanya 1 nama yang ditinggikan yaitu Yesus. Lagipula jika saudara datang ke setiap acara Tiberias, semua sakramen yang dilakukan, baik Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan serta Baptisan, dilakukan di dalam nama Yesus, bukan nama pak Pariadji. Sehingga tuduhan meninggikan nama Pak Pariadji hanya tafsiran dan pandangan subjektif yang kurang tepat.

3. Pdt Yesaya Pariadji dan GTI telah menerbarkan fitnah keji selama lebih dari setahun belakangan, khususnya terhadap Pdt Josua Tumakaka (mantan pendeta GTI, yang kemudian mengundurkan dari GTI) yang dituduh menjalin hubungan perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul. Didasarkan hal itu pula GTI telah lebih dari setahun menyebut-nyebut ”pendeta setan” di dalam Buletin GTI, yang ditujukan kepada Pdt Josua Tumakaka, meskipun nama Josua Tumakaka sendiri tidak disebut-sebut secara eksplisit.
Tanggapan saya:
Pak Pariadji tidak pernah memfitnah, tetapi apa yang dilakukannya berdasarkan bukti dan fakta lapangan. Kalau dalam petisi ini menyebutkan nama seorang pdt, pak Pariadji tidak pernah menyebutkan nama orang tersebut. Lagipula keluarnya pdt tersebut dari Tiberias atas sebuah keputusan pribadi yang diambil olehnya yang sudah tidak sejalan dengan Tiberias, sehingga itu adalah sesuatu yang fair saat tidak sejalan dengan wadah yang menaunginya, yang berujung pada pengunduran diri. Apa yang disaksikan di Tiberias mengenai salah satu mantan pendeta di Tiberias bukan tanpa alasan, tetapi dengan banyaknya kesaksian orang-orang yang pernah berhubungan dengan pendeta tersebut yang akhirnya bersaksi tentang apa yang mereka alami selama ini, oleh sebab itu mereka bersaksi untuk mengingatkan dan memberitahu jemaat yang lain akan resiko yang akan terjadi. Jadi bukan suatu bentuk perekayasaan suatu kasus.

4. GTI bukanlah gereja yang benar, karena di tengah ibadah Minggu, ada orang-orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi dusta untuk mendiskreditkan Pdt Josua Tumakaka sebagai ”pendeta setan”. Padahal, seharusnya setiap kesaksian bertujuan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan tidak memojokkan pihak-pihak manapun.
Tanggapan saya:
Mereka yang bersaksi adalah orang-orang yang punya pengalaman pribadi dengan sosok pendeta yang dimaksud. Kesimpulan dari setiap kesaksian tersebut dimana banyak orang bersukacita, meninggikan nama Yesus karena melalui penyingkapan rahasia dalam pelayanan Gereja Tiberias, mata rohani mereka dibukakan dan kehidupan mereka dipulihkan.

5. Pdt Yesaya Pariadji bukanlah Hamba Tuhan yang benar, karena ajaran-ajarannya di mimbar maupun di Buletin GTI lebih didasarkan pada pengalaman-pengalaman supranatural dan halusinasi-halusinasinya yang sangat subyektif dan sama sekali tidak ada rujukannya dalam Alkitab. Sebagai contoh, Pdt Yesaya Pariadji mengaku-ngaku sebagai Juru Bicara Surga, Gembala Sidang Yerusalem Baru, memiliki Roh Martir, mendapat SK dari Langit, diajar Yesus langsung, mengajar tentang pemulihan kuasa Perjamuan Kudus, mengajar tentang kuasa Minyak Urapan, dan lain sebagainya.
Tanggapan saya:
Pengalaman supranatural tidak bisa lepas dari keKristenan karena kita meyakini bahwa Tuhan kita berkuasa atas alam roh dan alam nyata. Pengalaman supranatural ditampilkan secara jelas di dalam Alkitab, sehingga bagi saya jika orang percaya meragukan pengalaman supranatural, berarti ada suatu keanehan di dalam dirinya. Saat segala suatu pengalaman supranatural disatukan dengan logika berfikir manusia, itu hal yang tidak bisa sejalan. Contohnya, bagaimana mungkin seorang perawan mengandung dari Roh Kudus? Bagaimana 5 roti dan 2 ikan memberi makan 5000 orang? Semua itu terjadi karena hal supranatural. Secara logika tidak masuk di akal. Tetapi kita bisa temukan jawabannya secara logika, karena kita percaya Allah sanggup melakukannya. Sama halnya bahwa Allah sanggup memberikan kepada kita pengalaman supranatural untuk menunjukkan kemahakuasaanNya.
Apa yang diajarkan pak Pariadji semua terambil dari Alkitab, artinya tidak bertentangan dengan Alkitab. Kenapa bisa berbeda dengan yang lain. Mungkin jawabannya adalah, penafsiran terhadap ayat Alkitab memang membuat banyak perbedaan di dalam ajaran Kristen, karena memakai metode yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak heran tokoh reformasi gereja Marthin Luther dan Zwingli berdebat tanpa ada titik temunya karena masalah penafsiran tentang Perjamuan Kudus. Oleh sebab itu penafsiran bisa berbeda, bisa kurang tepat, bisa salah; tetapi yang dialami pak Pariadji, beliau mendengar sendiri suara Tuhan, dan berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus dalam pengalaman supranaturalnya. Oleh sebab itu apa yang beliau perkatakan dibuktikan dengan banyaknya mujizat yang terjadi dalam pelayanan Tiberias dan perkataannya yang selalu didengungkan kepada jemaat, "jika saya berdusta, jika saya belum berjumpa Tuhan, jika saya belum mendengar suara Tuhan, jika saya belum pernah melihat neraka dan surga, dsb.; saya siap dilempar ke neraka". Perkataan ini sangat jarang dilakukan oleh seorang pendeta karena mengandung resiko yang besar. Jadi pelayanan beliau bukan tanpa dasar firman, tapi mungkin sudut pandang yang digunakan berbeda. Sama seperti halnya saat Yesus diutus ke dunia, bagaimana orang mempercayai Dia datang dari surga?? Semuanya diteguhkan dengan tanda-tanda mujizat yang dibuat oleh Yesus sendiri. Jadi pelayanan dan panggilan pak Pariadji, diteguhkan dengan banyaknya mujizat yang terjadi di Tiberias.

Sebagai penutup saya katakan bahwa petisi di atas dibuat oleh pihak yang "membenci" Tiberias. Secara tata ibadah, secara keimanan, secara status gereja; semua tidak ada yang menyimpang. Berbicara doktrin, doktrin bisa berbeda satu dengan yang lainnya karena perbedaan sudut pandang. Mungkin kata-kata Martin Luther bisa saya kutip, "buktikanlah salah menggunakan Alkitab". Entah karena Tiberias semakin berkembang, besar, dsb. Semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang meniupnya. Tetapi dasar yang kuat tidak akan pernah membuat pohon tersebut tumbang. Pak Pariadji dan Tiberias hanya melakukan perintah yang Tuhan berikan untuk dilakukan, "mempersiapkan jemaat yang kudus, misionaris dan siap ke surga", membawa jemaat kepada target akhir kita, yaitu surga. Jadi mari sama-sama persiapkan diri kita menghadap Dia di dalam kekudusan. 
Tuhan memberkati